Pages - Menu

Jumat, 27 Mei 2011

RUNTUHNYA KHILAFAH ISLAM OLEH MUSTAFA KEMAL PASHA

Para ahli sejarah sepakat, zaman Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran Khilafah Usmaniyah. Pada masa ini, Khilafah Usmaniyah telah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer, sains, dan politik.

Namun sayang, setelah Sulaiman al-Qanuni meninggal dunia, khilafah mulai mengalami kemerosotan terus-menerus. Banyak analisa menyebut, ada dua faktor utama yang menyebabkan kemunduran Khilafah Usmaniyah. Pertama, buruknya pemahaman Islam. Kedua, kesalahan dalam menerapkan Islam.

Pada masa ini, terjadi banyak penyimpangan dalam pengangkatan khalifah, yang justru tak tersentuh oleh undang-undang. Akibatnya, setelah berakhirnya kekuasaan Sulaiman al-Qanuni, yang diangkat menjadi khalifah justru orang-orang yang tidak mempunyai kelayakan.

Kelemahan Khilafah Usmaniyah pada abad ke-17 M itu dimanfaatkan oleh Austria dan Venesia untuk memukul khilafah. Melalui Perjanjian Carlowitz (1699 ), wilayah Hungaria, Slovenia, Kroasia, Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia lepas; masing-masing ke tangan Venesia dan Habsburg.

Bahkan, Khilafah Usmaniyah terpaksa harus kehilangan wilayahnya di Eropa, setelah kekalahannya dari Rusia dalam Perang Crimea pada abad ke-18 Masehi. Nasib Khilafah Usmaniyah semakin tragis setelah dilakukannya Perjanjian San Stefano (1878) dan Berlin (1887).

Di sisi lain, karena lemahnya pemahaman terhadap Islam, para penguasa ketika itu mulai membuka diri terhadap demokrasi, yang didukung oleh fatwa-fatwa syekh Islam yang penuh kontroversi. Bahkan, dengan dibentuknya Dewan Tanzimat tahun 1839, cengkeraman Barat di dunia Islam semakin kokoh.

Keadaan ini diperparah dengan dirumuskannya Konstitusi 1876 oleh Gerakan Turki Muda, yang berusaha untuk membatasi fungsi dan kewenangan khalifah. Boleh dikata, saat itu sedikit demi sedikit telah terjadi sekularisasi terhadap Khilafah Islam.

Perjanjian dengan Bizantium (1521), Prancis (1535), dan dengan Inggris (1580) membuat warga non-Muslim mendapat hak-hak istimewa. Dengan hak-hak istimewa ini, populasi orang-orang Kristen dan Yahudi di dalam negeri meningkat.

Kondisi ini ini kemudian dimanfaatkan oleh kaum misionaris untuk melakukan gerakannya secara intensif di dunia Islam sejak abad ke-16. Di tengah kemunduran intelektual yang dihadapi oleh dunia Islam, mereka mendirikan berbagai pusat kajian, sebagai kedok gerakan mereka.

Gerakan ini dimanfaatkan oleh Inggris, melalui agennya, Ibn Saud, untuk menyulut pemberontakan di beberapa wilayah khilafah. Di Eropa, wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh khilafah terus diprovokasi agar melakukan pemberontakan sejak abad ke-19 hingga abad ke-20. Khilafah Usmaniyah pada akhirnya kehilangan banyak wilayahnya, hingga yang tersisa kemudian hanya Turki.

Konspirasi untuk meruntuhkan

Tahun 1855 negara-negara Eropa, khususnya Inggris, memaksa Khilafah Usmaniyah untuk melakukan amandemen UUD. Maka, keluarlah Hemayun Script pada tanggal 11 Pebruari 1855. Tahun 1908, Turki Muda yang berpusat di Salonika -- pusat komunitas Yahudi Dunamah -- melakukan pemberontakan.

Tanggal 18 Juni 1913, pemuda-pemuda Arab mengadakan kongres di Paris dan mengumumkan Nasionalisme Arab. Inggris dan Prancis di belakang mereka.

Perang Dunia I tahun 1914 dimanfaatkan oleh Inggris untuk menyerang Istanbul, dan menduduki Gallipoli. Dari sinilah, kampanye Dardanelles yang terkenal itu mulai dilancarkan. Pendudukan Inggris di kawasan ini juga dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas Mustafa Kamal Pasha, yang sengaja dimunculkan sebagai pahlawan dalam Perang Ana Forta, tahun 1915.

Sejarah kemudian mencatat, Kamal Pasha -- pemuda asal Salonika -- akhirnya menjalankan agenda Inggris: melakukan revolusi untuk menghancurkan khilafah Islam. Itu diawali dengan perjanjian yang melahirkan "Persyaratan Curzon" pada 21 November 1923. Isinya, Turki harus menghapuskan khilafah Islamiyah, mengusir khalifah, dan menyita semua harta kekayaannya.

Persyaratan tersebut diterima oleh Mustafa Kamal dan perjanjian ditandatangani pada 24 Juli 1923. Delapan bulan setelah itu, tepatnya 3 Maret 1924, Kamal Pasha mengumumkan pemecatan khalifah, pembubaran sistem khilafah, mengusir khalifah ke luar negeri, dan menjauhkan Islam dari negara. Inilah titik klimaks revolusi yang dilakukan oleh Kamal Attaturk dan menandai berakhirnya kekhalifahan Islam sejak zaman nabi SAW.

Presiden pertama Turki ini lahir dengan nama Mustafa pada 12 Maret 1881 di Tesalonika (kini menjadi bagian Yunani). Ayahnya Ali Riza, seorang mantan pegawai rendahan di kantor pemerintah, meninggal akibat TBC. Ibunya Zubeyde Hanim, adalah Muslimah taat yang buta huruf.

Zubeyde memfokuskan hidupnya untuk mengurus Mustafa. Karena taat Islam, ia berharap Mustafa menjadi ulama faqih.

Namun jauh panggang dari api. Mustafa memilih berkarier di militer sebelum akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan dan menjadi doktator baru di Turki.

Tidak lama setelah berkuasa, ia menyatakan bahwa akan menghancurkan Islam dalam kehidupan Turki. Menurutnya hanya dengan mengeliminasi segala hal berbau Islam, Turki bisa 'maju' menjadi bangsa modern yang dihormati.

Tepatnya pada tanggal 23 Maret 1924, keruntuhan kekhalifahanan terakhir, Kekhalifahan Turki Usmaniyah, terjadi akibat adanya perseteruan di antara kaum nasionalis dan agamais dalam masalah kemunduran ekonomi Turki.
Setelah menguasai Istambul pasca-Perang Dunia I, Inggris menciptakan sebuah kevakuman politik dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan khalifah dan pemerintahannya tersendat. Kekacauan terjadi di dalam negeri, sementara opini umum mulai menyudutkan pemerintahan khalifah yang semakin lemah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional - dan ia menobatkan diri sebagai ketuanya - sehingga ada dua pemerintahan saat itu; pemerintahan khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara. Walau kedudukannya tambah kuat, Mustafa Kemal Pasha belum berani membubarkan khilafah. Dewan Perwakilan Nasional hanya mengusulkan konsep yang memisahkan khilafah dengan pemerintahan. Namun, setelah perdebatan panjang di Dewan Perwakilan Nasional, konsep ini ditolak. Pengusulnya pun mencari alasan membubarkan Dewan Perwakilan Nasional dengan melibatkannya dalam berbagai kasus pertumpahan darah. Setelah memuncaknya krisis, Dewan Perwakilan Nasional ini diusulkan agar mengangkat Mustafa Kemal Pasha sebagai ketua parlemen, yang diharap bisa menyelesaikan kondisi kritis ini.
Setelah resmi dipilih jadi ketua parlemen, Pasha mengumumkan kebijakannya, yaitu mengubah sistem khilafah dengan republik yang dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal29 November 1923, ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki. Namun ambisinya untuk membubarkan khilafah saat itu, yang telah lemah dan digerogoti korupsi, terintangi; Ia dianggapmurtad, dan beberapa kelompok pendukung Sultan Abdul Mejid II terus berusaha mendukung pemerintahannya. Ancaman ini tak menyurutkan langkah Mustafa Kemal Pasha. Malahan, ia menyerang balik dengan taktik politik dan pemikirannya yang menyebut bahwa penentang sistem republik ialah pengkhianat bangsa dan ia kemudian melakukan beberapa langkah kontroversial untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Misalnya, Khalifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan.
Setelah suasana negara kondusif, Mustafa Kemal Pasha mengadakan sidang Dewan Perwakilan Nasional (yang kemudian disebut dengan "Kepresidenan Urusan Agama" atau sering disebut dengan "Diyaniah").
Saat ini, Diyaniah berfungsi sebagai entitas dari lembaga Shaikh al-Islam/Kekhalifahan [1]. Mereka bertugas untuk: "memberikan pelayanan religius kepada orang Turki dan Muslim di dalam dan di luar negara Turki". Diyainah memiliki kantor pusat di Ankara, Turki.
Diyaniah adalah sebuah lembaga yang mewarisi semua sumber-sumber yang berhubungan dengan hal-hal religius dari Kekaisaran Ottoman, termasuk semua arsip kekhalifahan yang telah runtuh tersebut. Saat ini, Diyainah merupakan otoritas tertinggi Muslim Sunni. Diyainah juga memiliki kantor cabang di Eropa (Jerman).
Perbedaan utama antara kekhalifahan dengan Diyainah adalah Dinaiyah, tidak seperti kekhalifahan yang mengurusi masalah negara, hanya berfungsi sebagai lembaga keagamaan. Hal ini sesuai dengan prinsip sekularisme Turki yang memisahkan urusan Agama dengan urusan negara.
Pada tanggal 3 Maret 1924, ia memecat khalifah sekaligus membubarkan sistem kekhalifahan dan menghapuskan hukum Islam dari negara, ia mengajukan UU yang menghapuskan khalifah selamanya dan mendirikan negara Turki sekuler. Dengan membungkam dan mengancam para penetangnya, ia berhasil menggolkan UU tersebut, dan khalifah sekeluarga diasingkan ke Swiss. Hal inilah yang kemudian dianggap sebagai keruntuhan kekhalifahan Islam

Setelah menjadi diktator absolut, rakyat Turki terpaksa menerima reformasi anti-Islam. Mereka dilarang berkopiah Turki dan berjilbab, wajib berbusana Eropa, memakai aksara Latin, kalender Masehi, dan hari Minggu sebagai hari libur. Ribuan ulama dan pengikutnya rela berkorban jiwa daripada menerima kehancuran segala hal yang disucikan.

Mustafa Kemal menetapkan agar tiap warga Turki mencantumkan nama keluarganya seperti masyarakat Eropa dan Amerika. Ia juga memilih menggunakan nama "Attaturk" atau Bapak Bangsa Turki.

Pada 1938, kesehatannya memburuk. Pada 10 November 1938, Mustafa Kemal akhirnya meninggal karena penyakit radang hati yang disebabkan oleh alkohol yang selalu menemani hidupnya.
Sempat muncul keinginan dan gerakan untuk mengendirikan kembali kekhalifahan setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman, tetapi tak ada satupun yang berhasil. Hussein bin Ali, seorang gubernurHejaz pada masa Kekaisaran Ottoman yang pernah membantu Britania raya pada masa Perang Dunia I serta melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Istambul, mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah dua hari setelah keruntuhan Ottoman. Tetapi klaimnya tersebut ditolak, dan tak lama kemudian ia di usir dari tanah Arab. Sultan Ottoman terakhir Mehmed VI juga melakukan hal yang sama untuk mengangkat kembali dirinya sebagai Khalifah di Hejaz, tetapi lagi-lagi usaha tersebut gagal. Sebuah pertemuan diadakan di Kairo pada tahun 1926 untuk mendiskusikan pendirian kembali kekhalifahan. Tetapi, hanya sedikit negara Muslim yang berpartisipasi dan mengimplentasikan hasil dari pertemuan tersebut.
(RioL)


(Sumber:Wikipedia,ukhmi multiply)

Kamis, 26 Mei 2011

Bertambah Hari Muakku Pada Penguasa...


kutapaki pagi disinari mentari panas beberapa derajat. melangkah perlahan berharap tujuan terpenuhi. targetku penuh sekali. kulihat sepanjang jalan sepanjang langkah kaki ini, buah dari ketidakadilan sistem tangan manusia. anak jalanan menenteng lipatan kardus berjalan disamping belasan mobl berplat merah. bapak-bapak berpenghasilan kecil menajajakkan mainan dipinggir jalan demi memenuhi tuntutan kewajiban. wanita2 pamer kehormatan. hatiku hancur, hatiku geram, ingin aku "menampar" wajah penguasa dzalim didepan, dan akan terus kulakukan, sampai akhir waktu.







penguasa ohh.. penguasa..
apa bedanya diriku dan dirimu??
sadarkah? dengarkah? takutkah?

ku rindu sosok pemimpin ummat seperti Umar ra. yang tidak tega memakan makanan enak ketika rakyatnya memakan roti dan minyak samin..

apakah? apakah pemimpin negeri ini rela memakan nasi aking? sama seperti beberapa saudara kami memakannya??

adakah mereka takut pada siksaan Allah swt terhadap para pengkhianat?

sudah cukup sumber daya alam kami di "buang" sia-sia!!
sudah cukup kekayaan kami dijarah mulut-mulut yg mengaku pembela rakyat!!
Sudah cukup kebodohan dipelihara!!
Sudah cukup individualisme dimana-mana!
sudah cukup sekatan negeri-begeri muslim!
Sudah cukup teriakan rakyat meminta hak lahan!
sudah cukup pertahanan kebebasan menjajah wanita!
Sudah cukup kehormatan islam di obok-obok dengan kehadiran thoghut!

Sudah cukup, sudah cukup...

sampai kapan UMMAT TERBAIK??!

AYOOO.. SUDAH SAATNYA BERGERAK!

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh kpd yg ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah org2 yg beruntung." (QS.Ali-Imran:104)

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan utk manusia, menyuruh kpd yg ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kpd ALLAH SWT." (QS.Ali Imran:110)

"Mereka beriman kepada ALLAH dan hari penghabisan, mereka menyuruh kpd yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar, dan bersegera kpd pelbagai kebajikan. Mereka itu termasuk org2 yg sholeh. (QS.Ali Imran:114)

...Ia (nabi) menyuruh mereka mengerjakan yg ma'ruf dan melarang mereka mengerjakan yg munkar, dan menghalalkan bagi mereka segala yg baik dan mengharamkan bagi mereka segala yg buruk...". (QS.Al-A'raf:157)

Dan org2 yg beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yg lain. Mereka menyuruh kpd yg ma;ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kpd ALLAH dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh ALLAH, sesungguhnya ALLAH Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah:71)

"(Org mu'min yaitu) org2 yg jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh kpd yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar, dan kepada ALLAH lah kembali segala urusan." (QS. Al-Hajj:41)

"(Luqman berkata) hai anakku, dirikanlah sholat, dan suruhlah (manusia) mengerjakan yg ma'ruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar, dan sabarlah terhadap apa yg menimpa kamu. Sesungguhnya yg demikian itu termasuk hal-hal yg diwajibkan (oleh ALLAH)." (QS.Luqman:17)

TAK USAH ENGGAN, TAK USAH RAGU.. INILAH JANJI ALLAH...


تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ

Di tengah-tengah kalian terdapat masa kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada masa Khilâfah ’alâ minhâj al-nubuwwah. (HR Ahmad).

MENJADI KELUARGA YASIR RA, MENJADI BILAL RA, TIDAK DIDAPATKAN DENGAN MEMELIHARA INDIVIDUALISME... TAK ADA ORANG SHOLEH PENGHUNI SURGA YG HANYA MEMENTINGKAN DIRINYA SENDIRI...

Rasulullah Saw bersabda:

من اصبح لايهتم بامورالمسلمين فليس متهم و من يسمع رجلا ينادي ياللمسلمين فلم يجبه فليس بمسلم

Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan tidak memikirkan urusan-urusan kaum Muslim, maka ia bukanlah seorang Muslim, dan barangsiapa yang mendengar teriakan seorang manusia yang berteriak: hai Muslimin, dan ia tidak menjawabnya, maka ia bukanlah seorang Muslim.(Ushul Kafi, jilid.2, hal.163).



~keep struggle, hasbunallah wa ni’mal wakiil~

~EFM, Ana Sumayyah…~

Sabtu, 21 Mei 2011

Belajarlah dari Ciptaan-Nya



Belajarlah melalui matahari yang terbit di ufuk timur tentang Cahaya diatas cahaya…


Belajarlah melalui bulan dan bintang-bintang tentang betapa tinggi dan tak terjangkau-Nya Penguasa alam semesta…


Belajarlah melalui awan yang berarak tentang pentingnya menjadi orang yang istiqomah dalam memegang teguh kebenaran dan keadilan….


Belajarlah melalui kegelapan malam tentang bagaimana menyelamatkan hati dan akal dari godaan setan yang terkutuk….


Belajarlah melalui siang, tentang sabar dan syukur atas karunia Allah apapun dan bagaimanapun wujud dan bentuknya…


Belajarlah melalui hutan dan bukit-bukit tentang betapa rendah segala sesuatu dihadapan-Nya…


Belajarlah melalui puncak gunung tetang betapa tinggi kedudukan-Nya…

Belajarlah melalui bunga-bunga tentang betapa indah wajah-Nya…



** Semoga semua bentuk pengajaran ini dapat menambah cahaya keimanan kita..

Menambah kesabaran dan tawakkal kita..

Tiada daya dan kekuatan selain daya dan kekuatan Allah..

Tiada tempat meminta pertolongan selain pertolongan Allah..

Tiada Dzat yang mampu menyelamatkan kecuali Allah Swt…


EFM_KENDARI

Bibliografi dan Latar Belakang Bilal bin Rabah al-Habashi ra. (Muazin Pertama Dalam Sejarah Islam)


Namanya adalah Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya.



Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).



Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir. Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.



Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun. Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.



Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.



Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin

terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.



Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.



Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….” Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!" Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan merekasemakin hebat dan keras.



Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah1 Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.



Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas. Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”



Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”



Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”



Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.”



Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”



Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam. Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan suaranya yang jernih,



“Duhai malangnya aku, akankah suatu malam nanti ,Aku bermalam di Fakh dikelilingi pohon idzkhir dan jalil, Akankah suatu hari nanti aku minum air Mijannah ,Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil” Tidak perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil melawan nafsu dan godaan setan.



Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi. Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.



Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.



Biasanya, setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alashsholaati…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.



Suatu ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.



Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid.



Bilal menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak orang-orang yang mereka siksa dahulu.



Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.



Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melaksanakan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan jelas.



Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.



Saat azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”. Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.



Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Mekah..



Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”



AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”



Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”



Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”



Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan nafas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.



Sejak kepergian Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.



Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.



Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”



Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”



Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam wafat.”



Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Rodhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama.



Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar ash-Shiddiq di depannya, maka Umar segera menimpali (yang artinya), “Abu Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”



Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam..BiIal, “pengumandang seruan langit itu”, tetap tinggal di Damaskus hingga wafat.

Senin, 16 Mei 2011

Larangan Mencaci Sahabat-Sahabat Rasulullah saw.




Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku. Kalu ada orang yang menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, tidak akan mencapai satu cupak (satu cupak lebih kurang 6 ons) ato separohnya yang mereka infakkan. (Mashobihus-sunnah)



Sahabat-sahabatku ibarat bintang-bintang, Barangsiapa menelusuri salah satunya dia mendapat petunjuk jalan. (Ad-daarami)

Minggu, 15 Mei 2011

Kalau Besok Mati, Kita Bawa Apa?


Betapa banyak orang yang gamang menghadapi hari tua. Takut tak memiliki harta yang cukup saat tubuh tak lagi kuat bekerja. Takut kebutuhan hidup tak terpenuhi saat pendekatan tak lagi ada.



Maka, kasak-kusuk orang yang mencari solusi mengatasi kegamangan ini. Tak heran bila kemudian pegawai negeri sipil menjamin masa tua.


Para pegawai swasta pun tak mati asa. Mereka ikut asuransi hari tua. Mereka rela pendapatannya dipotong setiap bulan.


Begitu juga mereka yang tak akrab dengan asuransi, memilih untuk mengumpulkan sendiri rupiah demi rupiah di pundi-pundi mereka.


Alangkah piciknya kita jika hanya sibuk mempersiapkan diri sebatas hari tua saja! Padahal, setelah hari tua, ada masa yang jauh lebih penting untuk kita persiapkan bekalnya. Masa setelah kematian menjemput kita.


Masa ini jauh lebih lama ketimbang masa tua kita. Bahkan kita akan kekal berada di dalamnya.


Masa ini meminta konsekuensi jauh lebih berat ketimbang masa tua kita. Jika tak kita persiapkan dengan baik, maka kebahagiaan yang sungguh tak terbayangkan bakal menyambut kita.


Sayangnya, banyak diantara kita yang lebih merasa gamang menghadapi masa tua ketimbang masa ini. Banyak di antara kita yang lalai, seolah-olah masa ini masih lama. Padahal, masa ini bisa terjadi jauh-jauh hari sebelum masa tua tiba. Bahkan ia bisa dating esok, saat kita berada di usia “emas”.

Jadi, sebelum tiba masa dimana nafas sudah tersekat di tenggorokan, lekas kumpulkanlah bekal! Mumpung sekarang belum terlambat.

Wallahu a’lamu bish shawab

Rabu, 11 Mei 2011

Sumayyah (Hati Seorang Mujahidah)


Dalam diri selembut sutera
Kau memiliki iman yang teguh
Kau nyalakan obor agama dirimu bak lentera
dibelengu jahiliah kau tempuh dengan berani
Walau pun jasadmu milik tuan
Tetapi hatimu milik Tuhan

Padang pasir menjadi saksi
ketabahan keluarga itu
Tika suami dan anak dibaring mengadap mentari
Disuruh memilih iman atau kekufuran
Samar jahiliah atau sinaran akidah

Sabarlah keluarga Yasir
Bagimu syurga disana
Dan kau pun tega memilih syurga
Walau terpaksa mengorban nyawa
Lalu tombak yang tajam menikam
jasadmu yang tiada bermaya
Namun iman didadamu sedikit tidak berubah

Darahmu menjadi sumbu pelita iman
Sumaiyah kaulah lambang wanita solehah
Tangan yang disangka lembut
menghayun buaian
Mengoncang dunia mencipta sejarah

Sumaiyah kau dibunuh didunia sementara
Untuk hidup disyurga yang selama-lamanya
Kaulah wanita terbaik, sebaik manusia
Namamu tetap menjadi sejarah


Artist: Hijjaz
Song Category: Nasyid

Saad bin Abi Waqqas: Panglima Perang Umat Islam



Penolakan kaisar Persia membuat air mata Saad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan non Muslim. Kepahlawanan Saad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.....

Saad bin Abi Waqqas: Panglima Perang Umat Islam

Penolakan kaisar Persia membuat air mata Saad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan non Muslim. Kepahlawanan Saad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.

Bersama tiga ribu pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan. Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah di dekat Hira. Untuk melawan pasukan Muslim, pasukan Persia yang siap tepur berjumlah 12O ribu orang dibawah panglima perang kenamaan mereka, Rustum.

Sebelum memulai peperangan, atas instruksi Umar yang menjadi khalifah saat itu, Saad mengirim surat kepada kaisar Persia, Yazdagird dan Rustum, yang isinya undangan untuk masuk Islam. Delegasi Muslim yang pertama berangkat adalah Numan bin Muqarrin yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi bahan ejekan Yazdagird.

Untuk mengirim surat kepada Rustum, Saad mengirim delegasi yang dipimpin Rubiy bin Aamir. Kepada Rubiy, Rustum menawarkan segala kemewahan duniawi. Namun ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahwa Allah SWT menjanjikan kemewahan lebih baik yaitu surga.

Para delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran masuk Islam. Melihat hal tersebut, air mata Saad bercucuran karena ia terpaksa harus berperang yang berarti mengorbankan nyawa orang Muslim dan non Muslim. Setelah itu, untuk beberapa hari ia terbaring sakit karena tidak kuat menanggung kepedihan jika perang harus terjadi. Saad tahu pasti, bahwa peperangan ini akan menjadi peperangan yang sangat keras yang akan menumpahkan darah dan mengorbankan banyak nyawa.

Ketika tengah berpikir, Saad akhirnya tahu bahwa ia tetap harus berjuang. Karena itu, meskipun terbaring sakit, Saad segera bangkit dan menghadapi pasukannya. Di depan pasukan Muslim, Saad mengutip Alquran surat Al Anbiya ayat 105 tentang bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang shaleh seperti yang tertulis dalam kitab Zabur.

Setelah itu, Saad berganti pakaian kemudian menunaikan sholat Dzuhur bersama pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Saad bersama pasukan Muslim memulai peperangan. Selama empat hari, peperangan berlangsung tanpa henti dan menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu orang Persia. Peperangan Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia. Pasukan Muslim memenangi peperangan itu.

Saad lahir dan besar di kota Makkah. Ia dikenal sebagai pemuda yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas. Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan potongan rambut pendek. Orang-orang selalu membandingkannya dengan singa muda.

Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan sangat disayangi kedua orangtuanya, terutama ibunya. Meski berasal dari Makkah, ia sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianut masyarakatnya. Ia membenci praktik penyembahan berhala yang membudaya di Makkah saat itu.

Suatu hari dalam hidupnya, ia didatangi sosok Abu Bakar yang dikenal sebagai orang yang ramah. Ia mengajak Saad menemui Muhammad di sebuah perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu mengesankan Saad yang baru berusia 20 tahun.Ia pun segera menerima undangan Muhammad SAW untuk menjadi salah satu penganut ajaran Islam yang dibawanya. Saad kemudian menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam.

Saad sendiri secara tidak langsung memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah SAW. Ibunda rasul, Aminah binti Wahhab berasal dari suku yang sama dengan Saad yaitu dari Bani Zuhrah. Karena itu Saad juga sering disebut sebagai Saad of Zuhrah atau Saad dari Zuhrah, untuk membedakannya dengan Saad-Saad lainnya.

Namun keislaman Saad mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan anggota sukunya. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri. Selama beberapa hari, ibunda Saad menolak makan dan minum sehingga kurus dan lemah. Meski dibujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap menolak dan hanya bersedia makan jika Saad kembali ke agama lamanya. Namun Saad berkata bahwa meski ia memiliki kecintaan luar biasa pada sang ibu, namun kecintaannya pada Allah SWT dan Rasulullah SAW jauh lebih besar lagi.

Mendengar kekerasan hati Saad, sang ibu akhirnya menyerah dan mau makan kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Saad bin Abi Waqqas. Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim mengungsi ke bukit jika hendak menunaikan shalat. Kaum Quraisy selalu mengalangi mereka beribadah.

Saat tengah shalat, sekelompok kaum Quraisy mengganggu dengan saling melemparkan lelucon kasar. Karena kesal dan tidak tahan, Saad bin Abi Waqqas yang memukul salah satu orang Quraisy dengan tulang unta sehingga melukainya. Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat konflik antara umat Islam dengan orang kafir. Konflik yang kemudian semakin hebat dan menjadi batu ujian keimanan dan kesabaran umat Islam.

Setelah peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih tenang dan bersabar menghadapi orang Quraisy seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Alquran surat Al Muzammil ayat 10. Cukup lama kaum Muslim menahan diri. Baru beberapa dekade kemudian, umat Islam diperkenankan melakukan perlawanan fisik kepada para orang kafir. Di barisan pejuang Islam, nama Saad bin Abi Waqqas menjadi salah satu tonggak utamanya.

Ia terlibat dalam perang badar bersama saudaranya yang bernama Umair yang kemudian syahid bersama 13 pejuang Muslim lainnya. Pada perang Uhud, bersama Zaid, Saad terpilih menjadi salah satu pasukan pemanah terbaik Islam. Saad berjuang dengan gigih dalam mempertahankan Rasulullah SAW setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan posisi mereka. Saad juga menjadi sahabat dan pejuang Islam pertama yang tertembak panah dalam upaya mempertahankan Islam.

Saad juga merupakan salah satu sahabat yang dikarunai kekayaan yang juga banyak digunakannya untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal karena keberaniannya dan kedermawanan hatinya. Saad hidup hingga usianya menjelang delapan puluh tahun. Menjelang wafatnya, Saad meminta puteranya untuk mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam perang Badar. ''Kafani aku dengan jubah ini karena aku ingin bertemu Allah SWT dalam pakaian ini,''ujarnya.



Penulis : uli/anwary
REPUBLIKA - Jumat, 24 Maret 2006
www.republika.co.id

Pendidikan Dalam Naungan Khilafah


Pendidikan dalam pandangan Islam merupakan salah satu kebutuhan primer bagi rakyat secara keseluruhan[1]. Pendidikan termasuk pelayanan umum dan kemaslahatan hidup terpenting. Pendidikan merupakan kebutuhan asasi dan harus dikecap oleh manusia dalam hidupnya. Pendidikan bukan sebagai kebutuhan sampingan, karena tanpa pendidikan martabat manusia tidak akan mulia. Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, tanpa membedakan martabat, usia maupun jenis kelamin seseorang.



Khilafah Islam wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya secara langsung. Dan syara' telah menetapkan bahwa negara yang secara langsung menjamin pengaturan pemenuhan kebutuhan primer ini (Abdurrahman Al-Maliki, 2001.hal 186). Rasulullah SAW bersabda: "Seorang Imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya" (HR.Bukhari dan Muslim).



Negara wajib membuka dan membangun sekolah-sekolah dasar, menengah maupun pendidikan tinggi dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah rakyat yang akan belajar, baik itu anak-anak maupun orang-orang dewasa yang buta aksara. Kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan martabat umat serta mewujudkan kemajuan material dan moral.



Dalam Islam, negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan, bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi, gaji guru, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. (Bunga Rampai Syari'at Islam.hal 73). Negara wajib menyempurnakan sektor pendidikan melalui sistem pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya. Dalil yang menunjukkan bahwa pendidikan bebas biaya menjadi tanggung jawab Khilafah Islam, ialah berdasarkan perbuatan Rasulullah SAW dan ijma sahabat.



Rasulullah SAW telah menentukan tebusan tawanan Perang Badar berupa keharusan mengajar sepuluh kaum Muslim dan ijma sahabat telah menetapkan tentang penetapan khalifah dalam memberi gaji kepada para pengajar dari Baitul maal dengan jumlah tertentu.



Negara Khilafah wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan manusia di dalam kancah kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan dalam dua jenjang pendidikan; jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) dan jenjang pendidikan menengah (tsanawiyah). Negara wajib menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara cuma-cuma. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara cuma-cuma. Negara Khilafah menyediakan perpustakaan, laboratorium, dan sarana ilmu pengetahuan lainnya, selain gedung-gedung sekolah, kampus-kampus, untuk memberi kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti fiqh, ushul fiqh, hadits dan tafsir, termasuk di bidang pemikiran, kedokteran, teknik kimia serta penemuan, inovasi, dan lain-lain, sehingga di tengah-tengah umat lahir sekelompok mujtahid, penemu, dan inovator.



Sistem pendidikan negara Khilafah disusun dari sekumpulan hukum syara dan berbagai peraturan administrasi yang berkaitan dengan pendidikan formal[2]. Hukum-hukum syara yang berkaitan dengan pendidikan formal terpancar dari akidah Islam dan mempunyai dalil-dalil yang syar'i seperti mengenai materi pengajaran dan pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan. Sedangkan berbagai peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan sarana dan cara yang diperbolehkan yang dipandang efektif oleh pemerintah dalam menjalankan sistem pendidikan dan merealisasikan tujuan pendidikan. Peraturan-peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan urusan duniawi yang dapat dikembangkan yang diubah sesuai dengan kondisi. Begitu pula halnya dengan sarana pelaksanaan hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan pendidikan dan kebutuhan pokok bagi umat, sama dengan dibolehkannya mengambil apa pun yang pernah dihasilkan oleh umat-umat lain, berupa berbagai eksperimen, keahlian, dan penelitian yang hukumnya mubah.



Sistem pendidikan formal yang diselenggarakan Negara Khilafah memperoleh sumber pembiayaan sepenuhnya dari Negara(Baitul Mal). Terdapat 2 (dua) sumber pendapatan Baitul Mal yang dapat digunakan membiayai pendidikan, yaitu (1) pos fa'i dan kharaj yang merupakan kepemilikan negara- seperti ghanimah,khumus (seperlima harta rampasan perang),jizyah dan dhariibah (pajak);(2) pos kepemilikan umum seperti tambang minyak dan gas,hutan,laut dan hima (milik umum yang penggunaanya yang telah dikhususkan). Adapun pendapatan dari pos zakat tidak dapat digunakan untuk pembiayaan pendidikan,karena zakat mempunyai peruntukannya sendiri, yaitu delapan golonganmustahik zakat (QS:9:60).(Zallum,1983;an-Nabhani,1990).



Jika dua sumber pendapatan itu ternyata tidak mencukupi, dan dikhawatirkan akan timbul efek negatif (dharar) jika terjadi penundaan pembiayaannya, maka Negara wajib mencukupinya dengan segera dengan cara berhutang (qardh). Utang ini kemudian dilunasi oleh Negara dengan dana dari dharibah (pajak)yang dipungut dari kaum Muslim (Al-Maliki,1963).



Biaya pendidikan dari Baitul Mal itu secara garis besar dibelanjakan untuk 2 (dua) kepentingan. Pertama: untuk membayar gaji segala pihak yang terkait dengan pelayanan pendidikan seperti guru, dosen,karyawan,dan lain-lain.



Kedua; untuk membiayai segala macam sarana dan prasarna pendidikan, seperti bangunan sekolah, asrama, perpustakaan, buku-buku pegangan, dan sebagainya. (An-Nabhani,1990).



Negara tidak boleh menggunakan pinjaman negara-negara asing dan lembaga-lembaga keuangan internasional untuk pembiayaan pendidikan, hal tersebut tidak dibolehkan oleh hukum syara' . (Zallum, 2002, Sistem Keuangan dalam Daulah Islam, hal 82). Sebab pinjaman seperti itu selalu terkait dengan riba dan syarat-syarat tertentu. Riba diharamkan oleh hukum syara', baik berasal dari seseorang maupun dari suatu negara. Sedangkan persyaratan (yang menyertai pinjaman) sama saja dengan menjadikan negara-negara dan lembaga-lembaga donor tersebut berkuasa atas kaum Muslim tergadap pada keinginan negara-negara dan lembaga-lembaga donor. Oleh karena itu hal ini tidak diperbolehkan secara syar'i. Selain itu, hutang luar negeri merupakan bencana yang sangat berbahaya aas negeri-negeri Islam dan menjadi penyebab orang-orang kafir menguasai negeri-negeri kaum Muslim. Jadi, sepanjang adanya hutang ini umat berada dalam keterpurukan. Dengan demikian Khalifah tidak boleh menggunakan hutang luar negerti sebagai pos pendapatan untuk menutupi anggaran belanja, termasuk dalam pembiayaan pendidikan.



Sejarah telah mencatat tentang keberhasilan Khilafah Islamiyyah dalam menerapkan sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi yang berkualitas dan diakui oleh pihak lawan. Cukuplah pengakuan dari Robert Briffault dalam Buku “Making of Humanity”[3] yang menyatakan: “Dibawah kekuasaan orang-orang Arab dan Moor (kaum Muslimin) kebangkitan terjadi, dan bukan pada abad ke-15 Renaissance sesungguhnya berlangsung. Spanyol-lah tempat kelahiran Eropa, bukan Italia. Setelah terus menerus mengalami kemunduran, Eropa terperosok ke dalam masa kegelapan, kebodohan dan keterbelakangan. Sedangkan pada saat yang sama, kota-kota Sarasin (kaum Muslimin) seperti Baghdad, Kairo, Cordova dan Toledo menjadi pusat-pusat peradaban dan aktivitas pendidikan. Disanalah kehidupan baru muncul dan berkembang menuju tahap baru evolusi umat manusia. Sejak saat pengaruh kebudayaan mereka mulai dirasakan, sampai kemudian menggerakkan roda kehidupan. Melalui para penerusnya di Oxford (yaitu penerus kaum Muslim di Spanyol), Roger Bacon belajar bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab. Bukanlah Roger Bacon atau orang-orang yang sesudahnya yang berhak menyandang penghargaan karena telah memperkenalkan metode eksperimental. Roger Bacon tidak lebih hanyalah salah satu orang yang mempelajari ilmu penge tahuan dan metode milik kaum Muslim untuk kepentingan orang Kristen-Eropa; dan dia tidak pernah jemu mengatakan bahwa Bahasa Arab dan Ilmu pengetahuan kaum Muslim merupakan satu-satunya jalan bagi para koleganya untuk mendapatkan pengetahuan yang sejati. Perdebatan mengenai siapa sesungguhnya yang menemukan metode eksperimental… merupakan salah satu wujud ketidakpahaman kolosal dari para pendiri peradaban Eropa. Sejak masa Roger Bacon , metode eksperimental milik kaum Muslim telah tersebar luas dan dimanfaatkan secara antusias di seluruh Eropa” (Robert Briffault,”The Making of Humanity”London.1938).





Idealisme Guru dalam Naungan Khilafah

Profil guru dalam naungan Khilafah Islam, memiliki karakteristik sebagai berikut:


Memahami hakekat hidup adalah untuk dipertanggungjawabkan kepada sang Pencipta Alam semesta. Para guru menyadari bahwa perilakunya harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Tidak boleh bertentangan dengan hukum syara’, karena hakikatnya ia adalah pelaku pendidikan dan pengajaran.


Memiliki kesadaran bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya. Allah Swt mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu yang dibutuhkannya dalam kehidupan. Ilmu dianggap sebagai sesuatu yang harus ada, termasuk kebutuhan primer manusia.


Memastikan dirinya apakah sudah menjadi SDM yang berkualitas berlandaskan Ideologi Islam. SDM yang berkualitas dalam ideologi Islam adalah memiliki ciri-ciri: berkepribadian Islam; menguasai tsaqofah (pemahaman terhadap Syari’ah Islam); menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi dan seni) yang memadai untuk memenuhi kebutuhannya.



Profesionalitas dan Kesejahteraan Guru dalam Nuangan Khilafah Islamiyah



Guru dalam Negara Khilafah Islamiyah mendapatkan penghargaan yang tinggi dari Negara termasuk pemberian gaji yang melampaui kebutuhannya. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, dari Sadaqoh ad-Dimasyqi, dari al-Wadl-iah bin Atha; bahwasanya ada tiga orang guru di madinah yang mengajar anak-anak, dan Khalifah Umar bin Khaththab memberi gaji lima belas dinar (1 dinar = 4,25 gram emas; 15 dinar = 63.75 gram emas; bila saat ini harga 1 gram emas Rp 200rb, berarti gaji guru pada saat itu setiap bulannya sebesar Rp 12.750.000). Subhanallah, dalam sistem Khilafah para guru akan terjamin kesejahteraannya dan dapat memberi perhatian penuh dalam mendidik anak-anak muridnya tanpa di pusingkan lagi untuk mencari tambahan pendapatan.



Ternyata perhatian kepala negara kaum muslimin (Khalifah)bukan hanya tertuju pada gaji para guru dan biaya sekolah saja, tetapi juga sarana lainnya, seperti perpustakaan, auditorium, observatorium, dll. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan media yang digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan harus dilengkapi dengan sarana-sarana fisik yang mendorong terlaksananya program dan kegiatan tersebut sesuai dengan kreativitas, daya cipta dan kebutuhan. Sarana itu dapat berupa buku-buku pelajaran, bangunan gedung sekolah/kampus, asrama siswa, perumahan staff pengajar/guru, perpustakaan, laboratorium, toko-toko buku, ruang seminar-auditorium tempat dilakukan aktivitas diskusi, majalah, surat kabar, radio, televisi, kaset, komputer, internet, dan lain sebagainya. Semua sarana terebut diberikan secara cuma-cuma.



Sangat jelas adanya jaminan profesinalitas dan kesejahteraan guru dalam naungan khilafah Islam. Selain mereka mendapatkan gaji yang sangat besar, mereka juga mendapatkan kemudahan untuk mengakses sarana-prasarana untuk meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Hal ini akan menjadikan guru bisa fokus untuk menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pencetak SDM yang dibutuhkan Negara untuk membangun peradaban yang agung dan mulia. Hanya dengan Khilafah Islamiyah semata problematika pendidikan termasuk memelihara Idealisme guru dapat terlaksana dengan baik dan sempurna.


[1] Politik Ekonomi Islam, Abdurrahman al_Maliki,2001



[2] Abu Yasin, Strategi Pendidikan Khilafah, PTI,2004



[3] Shahib al-Kutb,Warisan Peradaban Islam dan Saintis Muslim,PTI,2007



Disampaikn oleh : Ustdzh. Sri Cahyo Wahyuni


(seminar Nasional Pendidikan 1 Mei Binagraha)

Selasa, 10 Mei 2011

TAIKO: GREAT INSPIRATION WITH GREAT STRATEGIES



TAIKO
NOVEL EPIK
tentang perang dan kemenangan
pada zaman feodal di Jepang
Eiji Yoshikawa
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2003
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com
MR. Collection's



CATATAN UNTUK PEMBACA

Menjelang pertengahan abad keenam belas, ketika keshogunan Ashikaga ambruk, Jepang menyerupai medan pertempuran raksasa. Panglima-panglima perang memperebutkan kekuasaan, tapi dari tengah-tengah mereka tiga sosok besar muncul, seperti meteor melintas di langit malam. Ketiga lakilaki itu sama-sama bercita-cita untuk menguasai dan mempersatukan Jepang, namun sifat mereka berbeda secara mencolok satu sama lain: Nobunaga, gegabah, tegas, brutal; Hideyoshi, sederhana, halus, cerdik, kompleks; Ieyasu, tenang, sabar, penuh perhitungan. Falsafah-falsafah mereka yang berlainan itu sejak dulu diabadikan oleh orang Jepang dalam sebuah sajak yang diketahui oleh setiap anak sekolah:

Bagaimana jika seekor burung tak mau berkicau?

Nobunaga menjawab, "Bunuh saja!"
Hideyoshi menjawab, "Buat burung itu ingin berkicau."
Ieyasu menjawab, "Tunggu."

Buku ini, Taiko (sampai kini, di Jepang, Hideyoshi masih dikenal dengan gelar tersebut), merupakan kisah tentang laki-laki yang membuat burung itu ingin berkicau.

** ANDA BISA MENDOWNLOAD NOVELNYA DI SITUS: http://harukafujiyama.wordpress.com/2008/08/04/free-download-novel-taiko-eiji-yoshikawa/


SELAMAT MEMBACA

Senin, 09 Mei 2011

Wanita Bisu, Tuli, Buta dan Lumpuh Yang Engkau Cintai


Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh ke luar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah terbitlah air liur Tsabit, terlebih-lebih di hari yang sangat panas dan di tengah rasa lapar dan haus yang mendera. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang terlihat sangat lezat itu. Akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah apel itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya.



Maka ia segera pergi ke dalam kebun buah-buahan itu dengan maksud hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah apel yang telah terlanjur dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja ia berkata, "Aku sudah memakan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya". Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku hanya khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya".



Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, "Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini." Pengurus kebun itu memberitahukan, "Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam".



Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orangtua itu, "Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : "Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka."



Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba disana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata, "Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu sudikah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?" Lelaki tua yang ada di hadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, "Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat." Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, "Apa syarat itu tuan?" Orang itu menjawab, "Engkau harus mengawini putriku !"



Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, "Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang jatuh ke luar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?" Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang gadis yang lumpuh !"



Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan semacam itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara ia memakan setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, "Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !"



Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, "Aku akan menerima pinangannya dan perkawinannya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul 'Alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala". Maka pernikahanpun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum…."



Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi menjadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya.



Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. "Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada di hadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula", kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya ?



Setelah Tsabit duduk disamping istrinya, dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa ?" Wanita itu kemudian berkata, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah". Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?" Wanita itu menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?" tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, "aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya mengunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala".



Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang akan memelihara dirinya dan melindungi hak-haknya sebagai suami dengan baik. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, "Ketika kulihat wajahnya……Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap".



Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik rupawan itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit.

Doa Sesudah Shalat Wajib



Setelah shalat wajib lima kali sehari, kita melakukan dzikir dan wirid, kemudian memanjatkan doa.


Tidak ada ketentuan pasti, doa apa yang harus kita ucapkan ketika itu. Akan tetapi, dua-dao berikut ini barangkali dapat dipakai sebagai pegangan bagi yang ingin mempraktekkannya:


1. Mohon keteguhan iman di hati:

Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idzhadaitanaa wa hablanaa milladunka rahmatan innaka antal-wahhaab.

Wahai Tuhan kami janganlah Engkau sesatkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia.


2. Mohon kesabaran:

Rabbanaa afighh 'alainaa shabran wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa 'alal-qaumil-kaafiriin.

Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dalam menghadapi orang-orang kafir.


3. Mohon dimatikan dalam keadaan baik:

Rabbanaa innanaa sami'naa munaadiyan yunaadii lil-iimaani an aaminuu birabbikum fa-aamannaa. Rabbanaa faghfir lanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa sayyi-aatinaa wa tawaffanaa ma'al abraar. Rabbanaa wa aatinaa maa wa'adtanaa 'alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal-qiyaamati innaka laa tukhliful-mii'aad

Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengan seruan orang yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu!" Maka kami pun beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang banyak berbuat kebaktian. Wahai Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat kelak. Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji.


4. Mohon terhindar dari siksa neraka:

Rabbanaa innaka man tudkhilinnaara faqad akhzaitah, wa maa lizhzhaalimiina min anshaar.

Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka telah Engkau hinakan dia, dan tiada lagi penolong bagi orang-orang yang zalim.


5. Mohon terjauh dari godaan setan:

Wa qurrabbi a'uudzu bika min hamazaatisy-syayaathiini wa a'uudzu bika rabbii ayaahdhuruun.

Wahai Tuhan, aku berlindungan kepada-Mu dari godaan setan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kehadirannya.


6. Mohon dikaruniai keturunan yang baik:

Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyyaatinaa qurrata a'yuniw-waj'alnaa lil-muttaqiina imaamaa

Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menggembirakan hati, dan jadikanlah kami sebagai panutan bagi orang-orang yang bertakwa

Tips sehat Muslimah Aktif



Islam mengajarkan jagalah lima sebelum lima. Muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, hidup sebelum mati, dan SEHAT sebelum SAKIT.
Teori penuaan dengan radikal bebas.


Sumber radikal bebas :

Sinar Matahari
Stress, membuat daya tahan tubuh menurun.
Racun
Polusi
Sinar X/Rontgen
Telp seluler
Pembersih rumah tangga
Perjalanan dengan pesawat
Obat-obatan dengan bahan kimia
Pengawet makanan
Alkohol
Pestisida
Zat pelarut aktif
Rokok

Cara Melawan : dengan antioksidan.
Contoh :
Vit C dan vit E (bisa didapat dari buah dan sayur).
Teh. Tapi ga bagus bagi yang punya penyakit batu ginjal dan anemia

Warning !!!
Hindari makan jerohan, otak, kulit.

Cara awet muda:

Minum cukup air tiap hari
Makan ikan2 (lele, gurami, dan lain-lain kecuali udang dan cumi2)
Ganti kopi dengan teh hijau
Tidur cukup, berkualitas
Minum suplemen vit.C dosis tinggi, lebih bagus pada buah2an.
Olahraga secara teratur
Kurangi stress
Perbanyak makan buah2an

Bagi temen2 muslimah, ni ada beberapa tips sehat muslimah aktif :

Mandi minimal 2x/hari
Ganti jilbab secara teratur minimal 1x/hari
Rawat jilbab (pencucian, penjemuran, penyetrikaan)
Jangan ikat rambut terlalu kencang
Creambath secara teratur
Lulur mandi
Jika badan mudah berkertingat, pakai bedak jika dibutuhkan
Keramas secara teratur
Bersihkan wajah secara teratur
Bersihkan gigi dan lidah secara teratur
Pakai pelembab jika wajah terlalu kering
Cuci tangan sebelum makan

AKTIFITAS WANITA




1.Menjalankan seluruh syariat-syariat Allah

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

(Al Baqarah: 208)

2.Menutup aurot

·Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…… (An Nur: 31)

·Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita apabila telah baligh (mengalami masa haid), tidak layak tampak dari tubuhnya kecuali ini dan ini ( seraya menujuk muka dan telapak tangan). (HR. Abu Dawud)

3.Birrul walidain

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya…(Al Isra’:23)

B.Sebagai ummun wa robbatul bait

i)Sebagai istri dan pengatur rumah tangga

·Diantara kebahagiaan itu ialah istri yang jika engkau pandang, ia membuatmu takjub dan jika engkau meninggalkannya, ia akan memelihara dirinya dan hartamu. (HR. Al Hakim)

·Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diriketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (AN Nisa: 34)

·Wanita mana saja yang meninggal, sementara suaminya meridhoinya, ia pasti masuk syurga. (HR. At Tirmidzi)

·Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain. Aku pasti akan memerintahkan kepada wanita untuk bersujud kepada suaminya. (HR. At Tirmidzi)

ii)Sebagai ibu

a.Merawat dan menjaga anak sejak dini


Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan….. (Al Baqarah: 233)

b.Mendidik anak dengan Islam

·Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan takut berbuat maksiyat kepada Allah dan suruhlah anak-anakmu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka. (HR. Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir)

·Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Luqman: 17)

·Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim: 6)

·Perintahkan anak-anakmu menjalankan sholat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun maka pukulah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (HR. Al Hakim)

C.Kewajiban wanita di sektor publik (dakwah)

·Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( At Taubah: 71)

·Siapa saja yang bangun di pagi hari dan tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka. (HR. Al Hakim dan Al Khotib)

·Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi manusia, kalian menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar….(Ali Imron: 110)

Minggu, 08 Mei 2011

VIDEO: MUST WATCH IT.. Global work and sacrifices for the Khilafah 2008 2009 International round up





ALMOST EVERYDAY I WATCH THIS VIDEO

JUST LET MY SPIRIT STICKING OUT,, THEN PREPARE TO BURN ANOTHER SOULS OUT THERE..

U WANT TO PROOF IT??

SO JUST WATCH IT..

TRUST ME! IT WORKS!!!

Muhasabah Gerak Dakwah



Begitu banyak teman dari luar yang mengatakan “HT is ban here”.. “HT dilarang disini”


penangkapan, penculikan, penyiksaan, bahkan istoqomah yang harus dibayar dengan nyawapun melanda.. itu pengakuan mereka.


maka mari evalusi kembali,, seharusnya kita bisa lebih giat lagi dimasih luasnya kesempatan.. jangan mencari2 alasan, menyalahkan sikap kader, tapi evaluasi dulu diri sendiri, apakah kita memang sudah berkorban maksimal membangun kontak emosional terhadap mereka?

Hadapi Saja



Sering untuk menguatkan diri sendiri, seseorang harus menceburkan diri kedalam tantangan-tantangan yang dirinya sendiri sudah tahu resiko terberatnya… hadapi saja


Ungkapan untuk saudari-saudari saya ketika bimbang melanda…



Ketika akan memutuskan diri menjadi pejuang Islam,, janganlah meminta pertimbangan pada orang-orang yang lebih kuat syu’ur atau perasaan individualismenya karena mereka tak akan mendukung anda (justru sebaliknya, mereka akan mengajak anda untuk jangan bersusah2 menunaikan kewajiban yg sebenarnya mereka juga mengembannya),, tetapi tanyakanlah pada diri anda sendiri dengan melihat kisah Rasulullah saw, shahabat ra., dan orang-orang shaleh, maka mereka pasti akan mendukung anda… putuskanlah dengan tegas, sesungguhnya yang menjadikan kehidupannya baik dan hancur adalah diri orang itu sendiri..

LIFE IS CHOICE

Selasa, 03 Mei 2011

Gudang Kenikmatan Itu Terdapat dalam Diri Anda



Karunia-karunia Allah pasti datang,
Walaupun terasa lama
Tapi sungguh, ia laksana kedipan mata
Ketika harus berkedip




Saudariku, sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan. Setelah tetesan air mata pasti ada senyuman, dan setelah malam pasti akan datang siang. Sesungguhnya awan kelabu kesedihan pasti berlalu, pekatnya kegalauan pasti tersingkap, segala problema pasti teratasi, dan segala bencana pasti akan berakhir dengan izin Allah. Yakinlah, bahwa Anda selalu akan diberi ganjaran terbaik olehNya.


Bila anda seorang ibu dan suka mendidik anak-anak dengan baik, maka mereka akan menjadi pembela dan penolong agamaNya, serta menjadi pembantu serta risalahNya. Mereka pasti mendoakan anda dalam sujud-sujudnya diwaktu sahur. Sesungguhnya, inilah kenikmatan agung bagi seorang ibu yang pengasih dan penuh cinta. Maka, cukuplah menjadi kebanggaan dan kemuliaan bagi anda, bahwa ibunda Muhammad saw adalah seorang wanita yang telah menghadiahkan kepada umat manusia seorang pemimpin yang agung dan rasul yang mulia.

Aminah binti Wahab, (ibunda Rasulullah saw)
Telah menghadiahkan kepada manusia
Tangan putih yang memerdekakan manusia



Saudariku, sebenarnya anda mampu menjadi da’iyah (penyeru kebaikan) dikalangan perempuan di negeri anda. Serulah mereka dengan kalimat yang benar, nasihat yang baik dan penuh hikmah. Ajaklah mereka untuk berdialog dan berdiskusi. Tunjukkan pada mereka sikap yang bersahabat. Dan terakhir, antarkanlah mereka menuju risalah Allah dan RasulNya yang mulia. Sesungguhnya, wanita dengan perilakunya yang saleh dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan dengan cara berkhutbah, berpidato, atau mengikuti studi-studi.


Betapa banyak wanita yang tinggal di perkampungan yang dibekali dengan pemahaman agama, rasa malu, hijab, akhlak yang baik, kasih saying terhadap tetangga, dan ketaatan terhadap suami. Sehingga, catatan hidup mereka begitu harum dan menjad inspirasi dari isi ceramah atau nasihat yang disampaikan dalam setiap majelis. Sosoknya menjadi teladan bagi anak-anak gadis dan wanita dewasa di negerinya.

“sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan”
(al insyirah: 6)


Esok hari… akan tercium semerbak harumnya bunga. Kesedihan pasti hilang dan kesenangan pasti datang.

Anda adalah Wanita Muslimah




Kata-kata berikut ini merupakan nasihat seorang wanita muslimah asal Jerman. Dia berkata, “Jangan sekali-kali terpesona dengan gaya kebarat-baratan, baik berbentuk pemikiran maupun mode. Semua itu adalah tipuan yang menjauhkan kita dari agama ini secara berangsur-angsur hingga mereka merampas kekayaan kita. Islam, dengan system kekeluargaannya merupakan system yang cocok dengan wanita, karena tabiat seorang wanita adalah senang tinggal dan menetap di rumah. Dan kalian pasti bertanya-tanya, ‘Kenapa?’ sebab Allah telah menciptakan laki-laki lebih kuat daripada wanita dalam soal kegigihan, kecerdasan, dan kekuatan fisiknya.”



“Wanita telah diciptakan dengan bekal tabiat kelembutan, perasaan yang sensitive, dan tidak memiliki kekuaan jasmani sebagaimana yang dimiliki laki-laki. Sampai batas tertentu wanita sering meledak-ledak emosinya dan cepat berubah perasaannya. Oleh karena itu, rumah adalah tempatnya yang paling tentram dan aman. Wanita yang mencintai suami dan anak-anaknya tidak akan meninggalkan rumah tanpa kepentingan yang mendesak, dan ia tidak senang bercampur-baur dengan laki-laki. Sesungguhnya 99 % wanita Barat telah mengalami dekadensi moral yang sangat besar, dan itu terjadi setelah mereka menjual dirinya, serta tidak takutnya mereka kepada Allah sedikitpun.”



“Sesungguhnya ketika kaum wanita di negeri barat keluar untuk bekerja dan berkarir secara berlebihan menyebabkan kaum laki-lakinya beralih fungsi dan berperan menjadi ibu rumah tangga. Mereka tetap berdiam di rumah sambil mencuci piring, menidurkan bayi, dan meminum minuman keras. Aku mengetahui bahwa Islam tidak melarang laki-laki untuk membantu pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, dan bahwa Islam menganjurkan suami untuk membantu istrinya dalam menunaikan tugas rumah tangga, namun jangan sampai harus beralih tugas dan peran.”

Inilah Wanita Penantang Diktator




Perhatikanlah nash-nash syariat yang terkandung dalam al Qur’an dan Sunnah. Sesungguhnya Allah telah memuji seorang wanita salehah dan mukminah.

Allah swt. berfirman:

“Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, ‘Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surge dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.’”

(At Tahrim [66]: 11)

Renungkanlah bagaimana Allah menjadikan wanita ini (Asiyah r.a) sebagai perumpamaan yang hidup bagi setiap wanita mukminah. Bayangkanlah ketika Allah menjadikannya sebagai symbol yang suci bagi mereka yang ingin mendapat petunjuk dan memegang aturan Allah dalam kehidupan ini.

Alangkah cerdas dan lurusnya hati wanita ini, di mana ia selalu memohon agar bisa menjadi tetangga Allah Yang Maha Mulia. Ia lebih mengutamakan kedudukan bertetangga dengan Allah daripada tinggal di istana Fir’aun. Bahkan, ia ingin berlepas diri dari ketaatannya pada sang dictator yang jahat dan kafir itu. Ia juga menolak hidup bersenang-senang bersama Fir’aun dan para pelayan di istananya. Ia hanya memohon istana yang kekal, lebih baik, dan lebih baik di sisi Allah Tuhan semesta alam, untuk ditempatkan di dalam surga yang di dalamnya terdapat taman-taman dan sungai-sungai yang disenangi.

Sesungguhnya dia adalah wanita yang agung, dimana keteguhan dan kejujurannya mendorongnya untuk menyeru secara terang-terangan kepada suaminya – seorang dictator zalim – dengan kalimat kebenaran dan keimanan. Maka akhirnya, ia pun disiksa karena mempertahankan keimanannya itu. Kemudian Allah menjadikannya sebagai wanita teladan bagi setiap mukminah hingga hari kiamat. Allah juga mencatat dan memuji namanya dalam al Qur’an, serta menyanjung perbuatannya dan menghinakan suaminya yang telah menyimpang dari jalan Allah.

Tiada daya dan upaya melainkan dengan kekuatan Allah. Tetaplah bersikap optimis, walau berada dalam amukan badai.

Artikel Terkait

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers