Pages - Menu
▼
Rabu, 08 Desember 2010
MyCHAPTER
Ini baru dasar masa depan. Aku hanya bisa berpositif thinking saat itu ketika gagal masuk dalam jurusan yang kuidam-idamkan selama bertahun-tahun, menjadi seorang dokter hewan yang hebat. No, it’s true!. Yang kurasakan saat itu, apakah aku harus berduka ataukah bersuka cita?. Paling tidak, kupikir, masalahnya adalah bukannya aku tidak mampu, tapi inilah yang terbaik dari Allah swt untukku. Dunia itu berputar. Aku hanya harus melanjutkan hidupku. Mencari yang benar itu benar, dan yang salah itu salah. Karena Hidup punya tujuan. Ibadah. “I’ve get little faith in me..”. Aku tidak ingin masa kekosongan melanda hidupku.
Urutan ke dua adalah menekuni sesuatu yang kurasa nyaman. Bahasa. Ya, pilihanku adalah jurusan bahasa Inggris. Akhirnya aku pun bebas test ke jurusan itu di universitas lokal di kotaku. Awalnya ku tak pernah menyangka akan menjadi seorang guru. Sempat membuatku bingung dan merasa kecil. Tapi, setelah mengetahui posisi guru dalam sejarah dan Islam, belum lagi aku melihat materi-materi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia yang disusupi oleh pemikiran-pemikiran barat yang busuk, aku dengan tegas dan bangga mengatakan dalam hatiku, “I have to be a great teacher ever!!”
Setelah lulus kuliah S1, ayah menyuruhku untuk melanjutkan keahlian itu ke jenjang S2. Aku tak heran mengapa ayah sangat ingin melihatku sekolah yang tinggi. Membunuh semua rasa pesimis tentang hal-hal yang bisa merangkul kegagalan. Tak lain karena ia pun berasal dari keluarga pelajar. Gemar belajar dan berjuang keras untuk pendidikan. Lain dengan ibu yang berani. Karena ia berasal dari keluarga pedagang. Selalu punya ide dan ahli dalam berstrategi. Ia lebih berambisi menjadikan anak-anaknya menjadi manusia berakhlak baik demi kehidupan selanjutnya. Baginya, jihad sebagai istri dirumah lebih mulia daripada mempertahankan eksistensi diri diluar rumah yang beresiko terhadap unsure kebahagiaan keluarga. Kalaupun bekerja, hal itu bukanlah sesuatu yang harus di utamakan. “Karena kita adalah perempuan, dan agama Islam mengatur itu, jangan jauh. Kau hanya ingin membantu suamimu bukan? Menjadi guru dan pedagang tidak akan banyak menyita waktumu pada sesuatu yang dapat melalaikan jihadmu” katanya. Dimataku, ibu berhasil dengan ambisinya itu. Seorang teman pernah menasehatiku “keuntungan saat berproses dalam mencari nafkah adalah dengan menjaga nilai-nilai perilaku kita. Uang bukanlah hal yang harus selalu dipikirkan, karena Allah Mahatahu kebutuhan kita, kita tidak akan terangkat oleh keuntungan yang kita dapatkan, tetapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani. Keep istiqomah!”. Impian itu adalah apa-apa yang dibenarkan dalam Islam.
Kodenya adalah “F.O.K.U.S”, fokus. Ada lusinan keinginan , tapi yang bisa menarik itu semua menjadi keberhasilan adalah fokus. Halaman harus terus dibuka. Bergerak melihat kegagalan menjadi sesuatu yang mencerahkan untuk kedepannya. Sampai pada episode akhir bahwa kau hebat dalam memainkan kartu. Dan patung tidak bisa bermain kartu. Dan dakwah Islam perlu pengorbanan yang tidak biasa tetapi luar biasa. Bagaimana bisa bertempur kalau tidak punya senjata dan keahlian dalam bertempur. Al Qur’an dan al Hadits adalah panduan, layaknya peta. Kau harus mempelajarinya untuk menemukan harta karun, karena kalau tidak sesuai petunjuk, akan keliru bahkan tersesat. Dan Islam adalah ideologi dengan peta yang paling terstruktur. Ia unggul dan sempurna. Dan lahan yang kering akan subur ketika ada yang mau mengolahnya dengan cara yang benar. Rasulullah tidak mengajarkan kemungkaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar