Pages - Menu

Rabu, 11 Juli 2018

Silent is Always Gold?



Hal apa saja yang membuat kita terdiam?.   Tak bersuara. Senyap. Ya, tentunya alasannya beragam ya. Ada yang diam karena lagi mikir, karena takut salah, karena khawatir berkata kotor mungkin, diam karena emosi yang membuncah atau sedih. Pokoknya macam-macamlah.

Nah, Untuk sebagian konteks fakta seperti khawatir kalau sekalinya berbicara akan tidak terkendali atau malah berucap tak berarti yang tak dibutuhkan sang pendengar, maka diam disini terkategori seperti kata pepatah: "silent is gold", "diam adalah emas". Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan dalam Syarah Arbain, bahwa Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang hendak berbicara maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan tersebut tidak merugikannya, silakan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka ditahan (jangan bicara).”

Namun bilamana diam itu tak lagi menjadi emas?. Tak tepat jika dilakukan. Istilahnya mah "salah tingkah" gitu. Emang ada?  Ya adalah.  Diam jenis ini bukannya jadi berkah tapi malah membawa petaka 😱😨.

Zaman now, kita diserbu dengan fenomena ketika keharaman dianggap lumrah. Sebaliknya, kehalalan dianggap tabu dan kolot. Zaman terbolak balik. Agama dianggap masalah, bahkan ada kalangan yang hanya menganggapnya candu. Muncul ke permukaan dan menebarkan kekosongan pada jiwa. Berandil membungkam Islam. Memecah suara. Berceloteh riang diatas pelecehan agama. Mirisnya, banyak generasi muda mengamininya.

Ketika muslim Suriah, Patani, Rohingya, Xin Jiang, Palestina, Pakistan, uzbekistan, dll dirundung duka mendalam. Didzolimi bagai tak berujung.  Mereka jangankan berdoa, justru menebar kata yang mengiris: "udah, nggak usah ngurusin orang lain. Urusan negara kita aja segunung". Hati nurani tergilas sudah.   Berujung diam Membiarkan kejahatan. Seakan nyawa tak ada harganya. Seakan jeritan tak ada artinya. Seakan mulut tak ada gunanya.

ketika nasional menjerit harga barang mahal. Kemiskinan bertambah. Potret dunia pendidikan suram. Persekusi ulama. Mereka berkata: "biarkanlah opini itu bertebaran, hanyalah omong doank. Kita urus saja urusan kita masing-masing". "lebih baik kerja",  seakan opini tak bekerja. Lalu dari mana cikal bakal perubahan kalau bukan dari opini?. Rasulullah saw bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.”(HR. Bukhari)

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Kekuatan opini itu dahsyat. Opini dakwah terkait solusi Islam kaaffaah, Amar ma'ruf nahyi mungkar, itu maksud saya. Tapi, bukan opini sesat menyesatkan seperti punya Islam nusantara. Big no no alias amit-amit 😝.

Jika dakwah itu hanyalah omongan doank, tak mungkin kafir Quraisy bereaksi sedemikian paniknya kalau bukan karena kekuatan opini dakwah Rasulullaah SAW bersama para sahabat ra. menghantui"singgasana" mereka. Satu kalimat syahadat saja membuat mereka hingga mengerahkan segenap daya dan upaya.  Hingga Islam membebaskan kota Makkah dari belenggu kesesatan.

Walhasil, diam itu seperti dua mata pisau. Maka kenalilah diam berkah dan diam petaka. Agar selamat dunia akhirat.

Dengan segala keterbatasan, Semoga tulisan ini bermanfaat. 😊

#WCWHBatch2