Pages - Menu

Kamis, 10 Desember 2020

Kesombongan Pasti akan Tumbang


Kesombongan Pasti akan Tumbang
(Sebuah kontemplasi)
Oleh: Ema Fitriana Madi, S.Pd.
.
.
Dahulu berkisah, tentang kepanikan orang-orang Quraisy terhadap dakwah Muhammad bin Abdillah. Mereka melakukan segala cara untuk menghadang. Mulai dari fitnah sana fitnah sini, mencaci, mengolok, mengejek, mengancam, memukul, menyiksa termasuk juga ingin membunuh. Maklum saja, melihat Muhammad SAW dan pengikutnya berikut ajarannya, bagaikan melihat kehancuran mereka sendiri.
.
.
Salah satu hari, kubu panik ini melakukan rapat lagi. Membicarakan langkah apalagi yg akan ditempuh agar dakwah Muhammad terhenti. Mereka kehabisan akal, namun tak terbendung rasa amarah itu. Hingga mereka memutuskan untuk mencari dari masing-masing kabilah pemuda-pemuda terhormat, disegani, serta kuat fisiknya untuk menghabisi nyawa Rasulullaah SAW. Tujuannya, agar ketika Muhammad alias Rasulullaah SAW dibunuh, siapa yang akan mempersoalkan kekejian mereka?!. Toh, merekalah penguasanya.
.
.
Tapi, janji Allah Maha Besar itu diluar dari hitung-hitungan otak jahiliyah yang bodoh. Bukannya makin sedikit, Sahabat Rasulullah SAW yang loyal malah semakin hari semakin bertambah, bahkan yang sebelumnya dari kalangan mereka sendiri. Bukannya semakin lemah, kaum muslimin semakin hari semakin kuat. Tak lain, karena kekuatan Iman. Para shahabat ra. Menjadi semakin tertempa dengan dakwah, semakin mantap menjejakinya walau nyawa jadi taruhannya, sebab kematian adalah sebuah keniscayaan dimana menjadi Syuhada adalah sebuah cita-cita mulia. 
.
.
Jadilah kubu panik ini sebenarnya tengah memupuk Kesadaran publik dan memicu semakin dekatnya perubahan dengan proses hijrah. Hitung-hitungannya meleset. Hatinya senantiasa gelisah memikirkan kekuasaan semu. Kecele terus-terusan. Padahal dananya udah dikeluarkan banyak. Persekusi juga dilancarkan terus. Tapi mengapa Rasulullah SAW beserta para shahabat justru makin bergerak masiv dan orang-orang malak makin banyak yang melihat kebaikannya. Bagaimana tidak? Allaah SWT adalah Sebaik-baik Penolong. Hasbunallah wa ni'mal wakiil, ni'mal mawla wa ni'man nashir.
.
.
Sungguh malang nasib si kubu panik rezim Quraisy dengan sistem jahiliyyahnya. Apalah daya mereka dibanding kekuatan Allaah Maha Besar. Mereka bisa memetik bunga, tapi tak bisa menghadang musim bunga bersemi. Akhirnya Islampun bersemi di Madinah dengan tegaknya Daulah Islam. Semakin kokoh secara kekuatan dalam negeri dan menyebarkan Islam ke penjuru negeri.
.
.
Gengsi tapi takut. Si kubu panik akhirnya tinggal disentil sedikit saat musim haji. Hingga qodorullah, Islampun berjaya di Makkah dan termuliakan dengan Islam hingga kini. 
.
.
Sungguh, Allah SWT pasti akan memenangkan agama ini, walau apapun makar para musuh. Allah pasti akan membalasnya dengan makar yang lebih besar lagi dan telah mengimingi azab api neraka untuknya diakhirat kelak.
.
.
Para pendengki yang serakah itu tidak akan tenang hidupnya sebab terperdaya oleh kenikmatan sesaat. Jumawa akan dunia yang sementara. Mengira akan hidup selamanya. Fana. Padahal dunia semakin dicari semakin hampa jika tak menyelaraskan dengan aturan hidup Sang Khaliq. Tak berkah.
.
.
Sudah jadi aturanNya, ketenangan dan kebahagiaan serta keselamatan hanya bisa diraih dengan berpegang teguh pada tali Islam. Hanya Islam yang sesuai fitroh manusia. Hanya Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
.
.
Manusia, alam semesta, kehidupan ini tak akan abadi. Semuanya akan kembali pada Allah. Apa yang dicari?. Apa untungnya menjadi musuh agama Allah. Jika merugikanmu, mengapa tetap kau jalani?. Apa tak takut hari penghisaban itu tiba, kau hanya bisa menangis, namun tak bisa mengulang waktu, hingga akhirnya kau dilempar ke neraka barulah menyesal. 
.
.
Apa yang mau disombongkan? Semuanya pasti akan musnah. Semua pasti akan hancur. Yang tersisa adalah pertanggungjawaban akan semua itu. Hanya amal yang dibawa mati. Tak ada untungnya jadi musuh Allaah.
.
.
Maka, jika ingin selamat dunia wal akhirat. Pegang erat Islam, perjuangkan ia meski ibarat menggenggam bara api. Sebab, cinta menuntut pengorbanan. Sebab, Surga telah menantimu. Laa tahzan, innallaaha maa ana..
.
.
Semoga lulus dalam ujian seleksi ini, 
aamiin allaahumma aamiin. 
🤲🤲🤲

#Kontemplasi
#Muhasabah

Senin, 07 Desember 2020

Struktur Hankam: Demokrasi VS Khilafah

Struktur Hankam: Demokrasi VS Khilafah
Oleh: Ema Fitriana Madi, S.Pd

Belum lama ini Indonesia publik diramaikan dengan opini tentang penurunan Baliho salah satu Ulama paling berpengaruh di Indonesia, yakni Habib Rizieq Syihab oleh personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Jakarta, pada Jum'at tanggal 21/11/2020 ( Republik.com, 21/11/2020).

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral Adian mengatakan aksi prajurit TNI menurunkan baliho itu sesuai dengan tugas yang diatur dalam UU TNI. Menurut Donny, spanduk yang dipasang tanpa izin pemerintah daerah bisa dibantu diturunkan oleh TNI. Iapun membeberkan tentang operasi militer selain perang. 

Ketentuan mengenai operasi militer selain perang itu tertuang dalam UU Nomor 34 tentang TNI. (Detiknews.com, 20/11/2020)
Namun, sejumlah pengamat mengkritik aksi tersebut. Pengamat militer Fahmi Alfansi Pane, menjelaskan jika Koopssus TNI dibentuk untuk menghadapi ancaman nyata NKRI, seperti terorisme, separatisme, dan beragam ancaman hibrida (campuran). Sehingga, bukan ranah pasukan khusus untuk menakut-nakuti warga sipil, dalam hal ini anggota FPI. Menurutnya, seharusnya Koopssus TNI lebih baik menangani masalah separatisme dan terorisme yang ada disejumlah wilayah seperti di Papua atau Poso. (Republika.com, 20/11/2020)

Pun, Juru Bicara (Jubir) Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom turut mengikuti penurutan Baliho ini. Ia bahkan menyatakan bahwa TNI hanya berani kepada warga sipil, bahkan menantang sebaiknya TNI berhadapan dengan pasukan TPNPB-OPM di Papua. Pasalnya, TPBNB-OPM adalah pemilik negeri Papua. 

Hankam dalam Politik Demokrasi kapitalisme


Aparat Hankam yang selama ini dikenal netral mestinya tidak terjebak oleh arus politik hari ini. Mereka harus berlepas diri dari kepentingan serta kekuasaan politik. Fokus saja pada tugas pertahanan dan keamanan. Urusan politik, kritik-mengkritik, atau pun perdebatan politik biarlah menjadi urusan warga sipil dalam menjalankan haknya.

Di alam demokrasi, terjebak arus politik memang rentan terjadi. Dukung mendukung kekuasaan menjadi hal yang pasti terjadi. Antara alat kekuasaan dan alat negara menjadi bias maknanya. Melawan penguasa dikata sedang melawan negara.

Berbeda pandangan dianggap mengancam bahkan anti pemerintahan. Mengkritik kebijakan dinilai ujaran kebencian serta pemecah belah bangsa. Itulah yang sedang terjadi hari ini. Aparat netral sekalipun sangat mungkin bertindak tak lagi netral. Sungguh miris.

Janganlah karena dipilih dan dilantik presiden, lalu melupakan tugas dan perannya sebagai alat negara. Aparat militer adalah alat negara, bukan alat kekuasaan. Dedikasi mereka harusnya untuk negara bukan penguasa. Sebab, mereka dilahirkan dari rakyat.

Hankam dalam Islam

Berbeda dengan Struktur Hankam dalam Islam yang tercermin dalam politik luar negeri dan Departemen Keamanan Dalam Negeri Khilafah. Di antara perbedaan Hankam di negara demokrasi dan khilafah antara lain:

Pertama, dalam khilafah tidak ada pemisahan antara militer dan kepolisian. Militer adalah satu kesatuan. Kepolisian adalah bagian dari militer yang dipilih secara khusus dan diberi pengetahuan khusus. 

Tugasnya adalah menjaga ketertiban dan menjaga keamanan dalam negeri serta melaksanakan tugas yang bersifat operasional. Lembaga ini dipimpin oleh Amir Jihad.

Oleh karena itu, kepolisian dalam Khilafah merupakan anggota militer terbaik yang benar-benar menyadari doktrin Islam. Mereka ditugaskan untuk menjaga pertahanan dan keamanan dalam negeri. (Muslimahnews, 5/10/2019)

Loyalitas yang ditanamkan kepada militer Islam bukanlan doktrin mematuhi perintah atasan. Tetapi loyalitas (wala’) itu hanya diberikan kepada Allah Ta’ala. Oleh karenanya, dalam hal pelayan publik, meski ia militer, tetap bersandar pada nash syara’.
Kedua, tujuan pertahanan dan keamanan adalah menjaga keamanan dalam negeri dari gangguan serta menjaga kedaulatan negara dari rongrongan musuh Islam dan ancaman asing. Yang bisa mengancam pertahanan dan keamanan dalam negeri seperti  murtad dari Islam, pembangkangan atau memisahkan diri dari negara Islam, yang boleh jadi berupa serangan serta pembakaran.

Selain itu, pengrusakan, sabotase instansi-instansi strategis milik negara, maupun melakukan penghalang-halangan, dengan disertai perampasan milik individu, milik umum atau miliki negara. Atau berupa pemisahan diri dari negera Islam dengan membawa persenjataan untuk memberontak negara.

Ketiga, politik luar negeri khilafah bertumpu pada penyebaran Islam melalui dakwah dan jihad. Hal ini dilakukan agar rahmat Islam dapat dirasakan seluruh penduduk negeri. Tujuan jihad bukanlah untuk menjajah suatu negeri. Namun, jihad dilakukan untuk menyatukan negeri-negeri dalam satu kesatuan wilayah negara khilafah. Khilafah adalah negara besar yang menjadi tempat bernaung negara-negara yang lemah dan dizalimi negara musuhnya.

Keempat,  khilafah akan menempatkan lebih banyak pangkalan militer di wilayah perbatasan. Tujuannya, untuk menggetarkan musuh dan melakukan manuver militer untuk menguasai wilayah musuh untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia.

Khilafah akan berusaha menjadikan wilayah perbatasan sebagai cikal bakal ibu kota negara. Hal ini akan mempersempit gerak maju negara kufur. Khilafah juga akan menjadikan penduduk nonmuslim di perbatasan sejahtera sebagaimana wilayah lain. Dengan begitu, loyalitas akan mereka berikan kepada negara khilafah, bukan asing.
Kelima, Jihad adalah metode baku dalam Islam di dalam upaya menyebarkan dakwah ke seluruh dunia setelah Islam diterapkan di dalam negeri. Jihad dalam Islam sifatnya ofensif (menyerang). Adapun jihad defensif (bertahan) dilakukan ketika negara khilafah diserang musuh.

Jihad tidak dilakukan kecuali setelah dakwah Islam telah memasuki negeri yang hendak ditaklukkan. Jika dakwah diterima, negeri disatukan dan ditundukkan dengan keridaan dalam satu kesatuan wilayah khilafah, maka jihad tidak perlu dilakukan.

Jika negeri yang akan ditaklukkan memilih berdamai, mengikat perjanjian dengan daulah khilafah, dan membayar jizyah, maka jihad juga ditangguhkan. Jihad dilakukan apabila suatu negeri menolak dakwah, menentang dan memusuhi kaum muslim, maka amirul jihad memimpin peperangan setelah perintah jihad dari khalifah dikeluarkan.

Perang dilakukan dengan batasan: tidak boleh menyerang anak-anak, kaum wanita, orang tua, warga sipil, dan tidak merusak fasilitas publik. Perang hanya ditujukan pada tentara dan milisi negara musuh.

Demikianlah gambaran singkat pertahanan dan keamanan dalam negara Khilafah. Perannya sebagai penjaga pertahanan dan keamanan negara. Fungsinya adalah melindungi rakyat dari ancaman yang mengganggu stabilitas keamanan negara. Bukan menakuti apalagi main ancam ke rakyat sipil.