C.I.N.T.A.; CINTA.. Sebuah kata yang elok untuk melukiskan
sejuta keindahan yang begitu berharga.
Insan manusia sering mengartikannya sebagai sesuatu yang dirasakan oleh
bathin dan sulit untuk ditinggalkan. Tak
jarang pembuktiannyapun menguras seluruh potensi.
Subhanallah, kekuatan cinta begitu luar biasa.
Lalu seperti apakah cinta suci itu?
CINTA SUCI
Cinta adalah ketulusan hati, kenikmatan memberi, kasih sayang,
dan kelezatan pengorbanan. Apa yang dimaksud dengan seagung-agung dan
sesuci-sucinya cinta adalah cinta kepada Sang Maha Agung dan Maha Suci. Ketika anak
adam mengagungkan cinta selain kepadaNya, maka itulah yang dimaksud dengan
nafsu berselimut cinta. Namun saying, banyak diantara manusia yang luput dari
cinta yang benar dan terjebak dalam cinta yang salah. Inilah akibatnya jika
seseorang terlena dan tertipu oleh mata kepala. Hal ini wajar saja, kita sering
tidak menyadari bahwa cinta itu tersimpan rapih dalam hati, bukan dimata atau
kepala. Ketika cinta itu hanya berhenti terjebak di mata kepala, bukan mata
hati, maka seseorang tak akan mampu merasakan ketulusan hati, kenikmatan
memberi, kassih saying, dan kelezatan pengorbanan. Ketika ia adalah
seseorang yang mampu melihat segalanya dengan mata hati maka dengan mudah ia
mencintai dan membenci dengan benar, yaitu memncintai dan membenci karena
Allah. Ya, Inilah segelintir cobaan dan
ujian yang diberikan oleh Allah kepada hambaNya untuk melihat seberapa besar
cinta hamba kepada Rabbnya.. Subhanallah.
“Allah teramat
cinta kepada yang mempersembahkan cinta kepada-Nya”.
DAHSYATNYA ALLAH SWT
Kemudian ada apa dengan perasaan tidak suka, cekcok, dan
semacamnya?. Nah, inilah dahsyatnya Allah.
Dia menciptakan perasaan yang mengalir dan tersimpan rapih dalam batin
manusia begitu bervariasi. Kita bisa merasakan cinta, sedih, benci, galau,
kecewa dsb. Inilah anugerah terindah dari Sang Maha Pencipta yang patut kita
syukuri. Fitrah yang tertanam dan hanya Allahlah yang mampu menciptanya. Sejuta
robot buatan manusia tak akan bisa menyamai sempurnanya ciptaan Allah.
Gembira, ada senyum ada tawa. Keduanya merupakan reaksi atau
respon terhadap rasa senang, riang, dan suka.
Subhanallah, Allah begitu hebat mengajarkan kepada hamba-Nya yang sholeh
bahwa kelak mereka akan tersenyum di hadapan Allah yang menghadirkan keagungan
wajah-Nya. Bahkan rasanya akan berkali-kali lipat nikmatnya. Begitu cintanya
Allah pada kita. Allah mencintai kita lebih besar dari induk mencintai anaknya.
Kita dibuai dalam cinta ibu, dalam sentuhannya yang pelan
membiarkan kita nikmat dalam mimpi. Mengusap kita dengan sentuhan kasih. Berada
didekapnya, kita merasakan hangatnya hidup dan cerahnya dunia. Ibu membiarkan
kita menikmati masa kecil dalam bermain dikala ia menatap getirnya mencari dan
bertahan dalam era kapitalisme yang menyulitkan. Panasnya medan dan hujan yang
mengguyur rela ia hadapi demi masa depan si kecil pujaan hatinya. Dalam asanya,
ibu ingin masa depan yang cerah mampu digapai oleh sang buah hati. Oleh karenanya,
tak jarang ibu menangis memikirkan kehidupan masa yang akan dating.
Tangisan, anugrah Allah yg membuktikan betapa lemah dan
terbatasnya manusia. Tangisan, meluluhkan kesombongan, kepongahan, dan
keangkuhan kita. Betapa kekuatan hanyalah milik Allah ta’ala. Air mata adalah
pemberianNya yang membersihkan kita “wajah” manusia yang mengaku penuh dengan
noda agar hamba yang senantiasa memuhasabahi dirinya bahkan dengan linangan air
mata dan cinta yang suci kelak mampu melihat indahnya surgaNya. Wallahu’alam…
(EFM_Ana Sumayyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar