Memencilkan diri, sengap, diam, dan tutup mulut. Hanya ada
aroma tanah panas menguap setelah disiram air langit. Perjalananku sudah sejauh
ini rupanya. Hari ini kupandangi sang cincin api Gamalama. Intipan bola langit
senja diseluncurnya begitu manis. Betapa Sangat Berkilau, mengagumkan, dan
menggodanya ia di balik bukit. Asap cincin api Gamalama yang seringkali aktif dan
berdiri berani ditengah kota seakan menyembulkan rasa waspada dan peringatan
akan pola tingkah laku manusia yang kecil. Apa yang pantas disombongkan dari
kerapuhan dan manjanya manusia terhadap ruang permintaan dan ampunan ??
kubuka mulutku sedikit, “Subhanallah.. bismillah, fabiayyi aalaa
irabbikumaa tuukaazziban”. Serbuan rasa syukur mengiringi begitu banyak hikmah
yang ditempa dan kesabaran yang merupakan sahabat dari segala ujiannya. Begitu
Maha Besarnya Pemilik naskah siang dan malam menguatkan hambaNya.
Dengan segala kesibukan manusia. Hari ini belum kiamat, akan
tetapi gunung ini dan semua gunung-gunung diseluruh dunia, alam semesta, jagat
raya dsb… akan menemui ajal pada waktunya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar