Bagaimana Membentuk Kepribadian Islam
Oleh: Rusydatun Nasiroh
Mukaddimah
hayatulislam.net – Ketika membahas kepribadian, sering kali dihubungkan dengan penampilan fisik seseorang, seperti bagaimana cara berjalan seseorang, bagaimana gaya dia dalam berpakaian, bagaimana cara makan. Dan bahkan di Indonesia sedang marak diadakan sekolah-sekolah kepribadian seperti sekolah kepribadian ‘John Robert Power’. Jadi sering kali apabila orang yang menggunakan pakaian bagus, mahal dan elegant, itulah orang yang berkepribadian tinggi, meskipun dia jauh dari ketaqwaan terhadap Allah. Dan sebaliknya orang yang pakainnya biasa saja, bahkan bisa dikatakan kumuh, namun masjid merupakan rumah utama dia, dan Allahlah menjadi pelindungnya, dia disebut orang yang kepribadian rendah, bahkan bisa disebut orang yang tidak berkepribadian.
Setiap manusia memiliki dua hal yang nampak pada dirinya yang pertama, berkaitan dengan penampilan fisiknya, seperti bentuk tubuh, wajah dan pakaian. Kedua, berkaitan dengan aktivitas dan gerak-gerik manusia. Bagian manakah yang menentukan kepribadian seseorang, sehingga bisa disebut orang yang mempunyai kepribadian luhur atau orang yang memiliki kepribadian binatang. Apakah penampilannya seperti pendapat orang kebanyakan saat ini? atau apakah aktivitasnya?
Kepribadian Islam
Kalau kita perhatikan lebih jeli tentang apa yang membedakan manusia satu
dengan yang lainnya adalah perbuatannya. Kita sering kali mengidentikan sifat
seseorang dengan perbuatannya. Misalkan kita sering menyebut Pak Ahmad yang
dermawan, Pak Cholil yang pemarah, bahkan dijaman Rosulullah SAW dan sahabat
sering kali orang dipanggil sesuai dengan perbuatannya misalkan Musailamah al
Khazab. Jarang sekali kita mengidentikkan seseorang dengan penampilan fisiknya,
karena yang paling menonjol dari seseorang itu memanglah perbuatannya. Dan
perbuatan inilah yang membedakan antara mansia yang satu dengan manusia yang
lainnya. Kumpulan dari perbuatan yang merupakan gambaran dari tingkah laku
(suluk) itulah yang menentukan tinggi rendahnya kepribadian seseorang.
Sedangkan tingkah laku (suluk) seseorang sangat ditentukan oleh mafhumnya,
sehingga tingkah laku itu pastinya tidak akan pernah terpisah dengan mafhum
seseorang. Misalkan seseorang yang mempunyai pemahaman bahwasannya Jihad itu
wajib maka meskipun dia diancam atau diberi imbalan yang sangat besar agar
meninggalkan Jihad ketika ada panggilan untuk berjihad, maka secara tegas dan
teguh dia akan menolak untuk meninggalkannya, apalagi dia tahu bagaimana besar
pahala orang yang berjihad dijalan Allah.