Pages - Menu

Senin, 20 Desember 2010

Tobat Seorang Hamba yang Melampaui Batas



Alkisah, diceritakan dari Ibrahim bin Adham. Bahwasanya ada seseorang yang mendatanginya, lalu orang itu berkata: “Wahai Abu Ishaq, aku adalah orang yang telah melampaui batas. Saya mohon kamu mau bercerita kepadaku tentang zuhud, agar Allah swt berkenan membuat hatiku menjadi lembut dan menjadikannya bercahaya.”

Ibrahim menjawab: “Jika kamu bisa menerima apa yang akan aku nasihatkan kepadamu tentang enam perkara, niscaya apa yang selanjutnya akan kamu lakukan tidak akan membahayakannyamu.”

Lelaki itu kemudian bertanya: “Apa kiranya enam perkara itu?”

Ibrahim menjawab: “Perkara pertama yang akan aku nasihatkan, jika engkau bermaksiat kepada Allah, maka janganlah kamu makan dari rejeki Allah.”

Lelaki kembali bertanya: “Apabila timur dan barat, tanah dan lautan, daratan dan pegunungan adalah rejekiNya, lantas dari mana saya harus mencari?”

Ibrahim menjawab: Maka dari itu, apakah pantas bagimu makan dari rejekiNya, sedang kamu bermaksiat kepadaNya.”

Lelaki itu berkata: “Demi Allah tidak akan. Ceritakan perkara yang kedua.”

Ibrahim menjawab: “Jika kamu ingin bermaksiat kepada Allah, janganlah kamu bermaksiat di bumiNya.”

Lelaki bertanya: “Wahai Ibrahim, yang ini lebih berat dari yang pertama. Jika semua negeri adalah milikNya, maka di negeri sebelah mana aku harus tinggal?”

Ibrahim menjawab: “Maka dari itu, apakah laik bagimu berada di negeriNya, makan dari rezekiNya, dan juga bermaksiat kepadaNya?”

Lelaki berkata: “Demi Allah tidak akan. Ceritakan perkara yang ketiga.”

Ibrahim menjawab: “Jika kamu ingin bermaksiat kepadaNya, maka usahakanlah agar Ia tidak melihatmu.”

Lelaki berkata: “Wahai Ibrahim, bagaimana hal ini bisa terjadi, sedangkan Ia melihat apa-apa yang tersembunyi, dan mengetahui apa-apa yang tampak.”

Ibrahim menjawab: “Maka dari itu, apakah pantas bagimu untuk makan dari rezekiNya, berada di negeriNya, bermaksiat kepadaNya, sedang Ia melihatmu?”

Lelaki berkata: “Demi Allah tidak akan, lanjutkan perkara keempat.”

Ibrahim menjawab: “Jika malaikat pencabut nyawa mendatangimu untuk mencabut rohmu, maka katakanlah kepadanya: “Berilah aku waktu untuk bertobat!”

Lelaki berkata: “Ia tidak akan mau menerima permintaanku.”

Ibrahim menjawab: “Jika kamu sudah mengetahui bahwa dirimu tidak mampu menahan malaikat pencabut nyawa, sangatlah mungkin ia akan datang kepadamu sebelum kami bertobat.”

Lelaki berkata: “Kamu benar. Baik, ceritakan perkara yang kelima.”

Ibrahim menjawab: “Jika malaikat Mungkar Nakir mendatangimu, maka jawablah mereka dengan mengatakan: “jika kamu mampu.”

Lelaki berkata: “Aku tidak akan mampu untuk melakukan hal itu. Ceritakan perkara yang keenam.”

Ibrahim menjawab: “Jika hari esok itu merupakan kekuasaan Allah, dan Ia memerintahkan kepadamu untuk masuk neraka, maka katakana kepadaNya: “Aku tidak akan masuk kesana.”

Lelaki berkata: “Cukup wahai Ibrahim, cukup, cukup.”

Teman…

Ini adalah kisah inspiratif yang menggugah tentang percakapan antara seorang lelaki dan Ibrahim bin Adham dengan 6 nasehatnya yang akan membuatmu berpikir. Bahwa surga itu butuh pengorbanan besar dan bersungguh-sungguh karena Allah itu Maha Adil…

Teman…

Kisah ini bukan dongeng

Kisah ini mengajarkan kita banyak hal tentang kehidupan, bahwa ibadah itu bukan main-main.. Dunialah permainan itu..

Mari belajar darinya karena kita tak kan pernah berhenti belajar..

bertaubatlah karena “tak ada kata terlambat..”
  

PERJALANAN RASULULLAH SAW KE THAIF



Selama 9 tahun kerasulan, Nabi Muhammad saw. Telah berusaha menyampaikan ajaran Islam dan mengusahakan hidayah serta perbaikan kaumnya di Makkah, namun sangat sedikit yang menerima ajakan beliau, kecuali orang-orang yang sejak awal telah masuk Islam. Selain mereka, ada orang-orang yang belum masuk Islam, tetapi siap memmbantu Rasulullah saw. Dan kebanyakan orang-orang kafir Makkah selalu menyakiti dan mempermainkan beliau dan para  sahabat beliau.

Abu Thalib termasuk orang yang belum memeluk Islam, namun sangat mencintai Nabi saw. Ia akan melakukan apa saja yang dapat menolong Nabi saw. Pada tahun kesepuluh kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum kuffar semakin berkesempatan untuk mencegah perkembangan Islam dan menyakiti kaum muslimin.

Rasulullah saw. pun pergi ke Tahif. Di sana ada suatu kabilah bernama Tsaqif, yang sangat banyak anggotanya. Beliau berpendapat, jika mereka memeluk Islam, kaum muslimin akan terbebas dari siksaan orang-orang kafir tersebut, dan akan menjadikan kota itu sebagai pusat penyebaran Islam. Setibanya di Thaid, Nabi saw. langsung menemui tiga orang tokoh masyarakat dan berbicara dengan mereka, mengajak mereka agar membantu Rasulullah saw.. Namun, mereka bukan saja menolak, bahkan sebagai orang arab yang terkenal dengan adatnya yang sangat menghormati, itu pun tidak mereka lakukan. Bahkan, mereka menjawab dengan terang-terangan dan menerima beliau dengan sikap yang sangat buruk. Mereka  menunjukkan perasaan tidak suka atas kedatangan Rasulullah saw.. Pada mulanya, beliau berharap agar kedatangan beliau kepada tokoh masyarakat itu  akan disambut baik dan sopan. Ternya sebaliknya, diantara mereka ada yang berkata, “Wahai, kamukah orang yang dipilih oleh Allah sebagai NabiNya?” Yang lain berkata, “Tidak adakah selain kamu yang lebih pantas dipilih Allah sebagai Nabi?” Yang ketiga berkata, “Aku tidak mau berbicara denganmu, sebab jika kamu memang seorang Nabi seperti pengakuanmu, lalu aku menolakmu, tentu itu akan mendatangkan bencana. Dan jika kamu berbohong, aku tidak ingin berbicara dengan orang seperti itu.” Setelah itu, dengan persaan kecewa terhadap mereka, Nabi saw. berharap dapat berbicara dengan orang-orang selain mereka. Inilah sifat Rasulullah yang selalu bersungguh-sungguh, teguh pendirian, dan tidak mudah putus asa. Ternyata, tidak seorang pun di antara mereka yang bersedia menerima beliau. Bahkan mereka membentuk beliau dan berkata, “Keluarlah kamu dari kampung ini! Pergilah kemana saja yang kamu sukai!”

Ketika Nabi saw. sudah tidak dapat mengharapkan mereka dan bersiap-siap akan meninggalkan mereka, menyuruh anak-anak tersebut mengikuti beliau saw., lalu mengganggu, mencaci, serta melemparinya dengan batu, sehingga sandal beliau berlumuran darah. Dalan keadaan seperti inilah Nabi saw. meninggalkan Thaif. Ketika pulang, beliau menjumpai sebuah tempat yang dianggap aman dari kejahatan mereka. Beliau berdoa kepada Allah swt.,

Ya Allah, kepada-Mulah kuadukan lemahnya kekuatanku, kurangnya upayaku, dan kehinaanku dalam pandangan manusia. Wahai Yang Maharahim dari sekalian rahimin, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang merasa lemah, dan engkaulah Tuhanku, kepada siapakah Engkau serahkan diriku.  Kepada orang asing yang akang memandangku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engka berikan segala urusanku, tiada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak marah kepadaku. Lindungan-Mu sudah cukup bagiku. Aku berlindung kepada-Mu dengan Nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dan dengannya menjadi baik dunia dan akhirat, dari turunnya murka-Mu kepadaku atau turunnya keridakridhaan-Mu kepadaku. Jauhkanlah murka-Mu hingga Engkau ridha. Tiada daya dan upaya melainkan dengan-Mu.”

Allah penguasa seluruh alam pun meperlihatkan keperkasaan-Nya. Demikian sedih doa Nabi saw., sehingga Jibril a.s. dating untuk meberi salam kepada beliau dan berkata, “Allah mendengar perbincanganmu dengan kaummu, dan Allah pun mendengar jawaban mereka, dan Dia mengutus kepadamu malaikat penjaga gunung agar siap melaksanakan apa pun perintahmu kepadanya.” Malaikat itu pun datang dan member salam kepada Nabi saw. seraya berkata, “Apa pun yang engkau perintahkan akan kulaksanakan. Bila engkau suka, akan kubenturkan kedua gunung di samping kota ini sehingga siapa saja yang tinggal di antara keduanya akan hancur binasa. Jika tidak, apa pun hukuman yang engkau inginkan, aku siap melaksanakannya.” Rasulullah saw. bersifat pengasih dan mulia ini menjawab, “Aku hanya berharap kepada Allah, seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga kelak keturunan mereka akan menjadi orang-orang yang beribadah kepada Allah.”

Demikianlah akhlak Nabi yang mulia. Kita mengaku sebagai pengikutnya, namun ketika kita ditimpa sedikit kesulitan atau celaan, kita langsung marah, bahkan menuntut balas seumur hidup. Kezhaliman dibalas dengan kezhaliman, sambil terus mengaku bahwa kita adalah umat Nabi saw.. Padahal dengan pengakuan itu, seharusnya segala tingkah laku kita mengikuti beliau. Jika mendapat kesulitan dari orang lain, Nabi saw. tidak pernah mendoakan keburukan dan tidak pernah berkeinginan menuntut balas.

Kamis, 16 Desember 2010

KELACURAN BICARA GADIS PESISIR


Perhatikan wanita yang tutur bicaranya menjadi bencana buruk baginya.

Diriwatkan dari Al-Auza’i, tuturnya, “Saya pernah bertanya pada Az-Zuhri, siapakah istri Nabi yang meminta perlindungan dari beliau?

Ia menjawab, ‘Saya pernah diberitahu oleh Urwah, dari Aisyah ra., bahwasanya seorang gadis pesisir dipersembahkan kepada Nabi saw. (sebagai istri), namun ketika dia dimasukkan ke kamar Nabi saw. Dan beliau mendekatinya, ia malah berseru, ‘Aku berlindung kepada Allah darimu.’

Beliau pun berkata kepadanya (menceraikannya), ‘Kamu telah berlindung dengan Yang Mahaagung. Pulanglah kepada keluargamu” (HR. Bukhari)

Serta-merta beliau menceraikan gadis yang baru saja dinikahinya karena kelacuran bicaranya, dan ia pun batal menjadi pendamping manusia terbaik dan menjadi ibunda kaum mukminin.

CENTIL DALAM BERBICARA


Allah berpesan kepada istri-istri Nabi saw., sekaligus istri-istri kaum mukminin. Dia berfirman, “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab : 32)

Karena suara dan nada bicara wanita memiliki pengaruh dan pesona yang mampu melambungkan angan dan imajinasi kaum laki-laki maka Allah pun melarangnya untuk mendayu-dayukan suaranya di depan laki-laki asing. Akan tetapi, hal itu hanya boleh dilakukannya dengan suaminya saja sebab ia bisa menjadi jalan memasuki hati.

Perhatikan ujaran para penyair mengenai kaum wanita.

Basysyar bin Bard mengatakan,

Sebuah bicara yang
Seolah-olah bak potongan emas dan perak
Yang didalamnya terpancar warna kuning dan putih

Katanya lagi,

Seolah-olah di bawah bibirnya ada malaikat Harut
Yang menyemburkan pesona sihir di dalamnya
Seolah-olah dengung bicaranya adalah
Potongan-potongan emas perak yang terbungkus bunga

Bagian I. NEGARA KHILAFAH ADALAH PERKARA UTAMA KITA


PERKARA UTAMA ADALAH PERKARA HIDUP DAN MATI
  
“Demi  Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku berhenti dari perkara (dakwah Islam) ini, niscaya aku tidak akan berhenti, hingga Allah memenangkan perkara ini atau aku mati karenanya.

Adanya naluri  mempertahankan diri membuat setiap bangsa atau orang di dunia ini memiliki perkara 
utamanya masing-masing. Perkara utama itu adalah perkara yang membuat bangsa atau orang tersebut rela memperjuangkan dengan penuh semangat, tanpa keraguan, alasan, ataupun perdebatan. Perkara itu bisa jadi terkait dengan kemusnahan sekelompok orang atau perlindungan dari sesuatu yang mengancam kelangsungan hidup mereka. Perkara tersebut mempunyai standar yang khas dan hampir identik bagi semua orang.

Demikian pula langkah-langkah yang dimbil untuk mengatasinya mirip atau sama bagi semua orang, karena persoalan tersebut senantiasa terkait dengan ancaman terhadap kelangsungan hidup seseorang. Karena itu, standarnya sama dan persoalannya juga sama.

Akan tetapi, tidak setiap persoalan yang berkaitan dengan naluri mempertahankan diri adalah perkara yang utama. Sebaliknya, perkara yang utama tidak melulu persoalan berkenaan dengan naluri mempertahankan  diri. Ada perkara utama tertentu yang berhubungan dengan naluri beragama (gharizah at-tadayyun) atau dengan naluri berkasih-sayang atau mempertahankan jenis (Gharizah an-nau’). Meskipun demikian, adanya perbedaan dalam penentuan mana perkara yang utama dan mana yang tidak utama merupakan konsekuensi logis dari adanya perbedaan dalam paradigm kehidupan. Perbedaan paradigma itulah yang menyebabkan perbedaan dalam penentuan perkara utama dan standarnya. Oleh karena itu, munculnya perbedaan di kalangan orang dan bangsa-bangsa dalam memandang perkara utama adalah persoalan yang wajar, mengingat adanya paradigm kehidupan yang berbeda tadi.

Kaum Muslim adalah umat yang satu dan mereka memiliki banyak perkara utama. Perkara bagi suatu ummat, baik itu yang berkaitan dengan naluri mempertahankan diri, naluri beragama, atau naluri berkasih saying, harus sesuai dengan paradigm kehidupannya. Paradigma kehidupan kaum muslim ditentukan oleh Islam. Maka dari itu, Islamlah yang menentukan mana yang menjadi perkara utama umat sekaligus yang menjadi standarnya.
Islam menjelaskan bahwa perkara utama serta standar hidup dan mati dalam menyelesaikan persoalan tersebut adalah sebuah kewajiban. Sehubungan dengan itu, kaum Muslim tidak memiliki pilihan dalam menentukan perkara utamanya. Apa yang oleh Islam dianggap sebagai perkara utama, maka harus diterima sebagai perkara utama oleh kaum Muslim. Demikian pula mereka tidak memilki pilihan untuk menentukan standar dalam menghadapi persoalan itu, karena ketika Islam menentukan bahwa persoalan itu, karena ketika Islam menentukan bahwa suatu persoalan adalah perkara utama, Islam juga telah menetapkan standar yang harus dijadikan ukurannya. Adanya ancaman terhadap Islam dan ancaman  terhadapa eksistensi kaum Muslim dalam kapasitas mereka selaku muslim, adalah hal yang lumrah. Setiap gerakan yang ada dalam kehidupan ini berpotensi mendapat ancaman terhadap eksistensinya, khususnya gerakan yang berupaya memperbaiki keadaan, dan lebih khusus lagi gerakan yang lantang.

 Kedatangan Islam menjadi awal dari pertarungan abadi nan sengit antara Islam dan kekufuran. Pertarungan itu menyangkut masa depan Islam dan kekufuran itu sendiri. Pertumpahan darah yang menyertai pertarungan pemikiran sejak berdirinya Negara Islam di Madinah merupakan risiko dari upaya menjaga perkara utama umat Islam. Dengan demikian, keberadaan perkara utama tersebut bagi kaum muslim adalah hal yang aksiomatis dan tidak dapat dihindari, begitu pula dengan keharusan untuk menganggapnya sebagai persoalan hidup dan mati. Dalam konteks inilah, jihad menjadi salah satu kewajiban yang paling penting, sebagaimana: sabda Nabi saw.:

“Mercu suar Islam adalah Jihad”

Itulah sebabnya jihad akan terus dilakukan hingga Kiamat tiba, sebagaimana sabda beliau saw.:

“Jihad akan terus berlangsung sejak Allah mengutusku hingga generasi terakhir dari umatku memerangi Dajjal.  Jihad tidak akan berhenti karena kelaliman penguasa yang zalim ataupun karena keadilan penguasa yang adil”

Rasulullah saw. Juga bersabda:

Jihad akan tetap ada, (baik) bersama penguasa yang adil ataupun zalim.
 
Dengan begitu, kaum Muslim senantiasa maju terus pantang mundur dalam memperjuangkan perkara utamanya. Mereka tidak pernah ragu menjadikan perkara itu sebagai persoalan hidup dan mati.
Karena itulah, manakala masa depan mereka sebagai umat yang satu dan kesatuan Negara mereka terancam oleh Perang Salib, mereka menghadapi masalah itu sebagai perhara hidup dan mati. Demikian pula mereka rela terlibat dalam Perang Salib yang berlangsung lebih dari satu abad lamanya. Umat Islam akhirnya mampu mengatasi serangan yang mengancam mereka.  Kaum muslim juga melakukan hal yang sama dikala bangsa Mongol menginvasi negeri-negeri Islam. Umat Islam saat itu menganggap invasi tersebut sebagai persoalan yang mengancam eksistensinya sehingga umat menganggapnya sebagai perkara hidup dan mati, dan mereka pun rela mengorbankan nyawa tanpa mencari keuntungan duniawi demi demi memerangi bangsa mongol, sampai akhirnya kemenangan datang menghampiri.

Begitulah, kaum Muslim sudah terbiasa memandang perkara utama dan mengambil standar yang baku untuk menghadapinya, yaitu sebagai persoalan yang menyangkut hidup dan mati. Hal ini bisa terjadi karena apa yang Islam tetapkan sebagai perkara utama memang diakui sebagaimana apa adanya oleh kaum Muslim, sehingga mereka memegangnya erat-erat, dan mereka sadar bahaya yang akan terjadi jika mengabaikannya. Dengan demikian, mereka tidak dapat membayangkan adanya situasi yang mengancam eksistensi mereka tanpa mengambil standar yang telah diwajibkan Islam, yaitu memandangnya sebagai perkara hidup dan mati.
Umat Islam ataupun Negara Islam di masa silam tidak pernah lalai dan tak acuh terhadap perkara utama mereka, ataupun dalam memandangnya sebagai perkara hidup dan mati. Mereka tidak pernah melalaikan semua itu. Akan tetapi, tatkala mulai terjadi penyimpangan dalam pemahaman ke-Islaman pada diri umat dan ketika jiwa kaum Muslim melemah dalam menghadapi kekufuran yang semakin nyata, perkara utama itu tidak lagi dianggap utama dan tidak lagi dipandang sebagai persoalan yang menyangkut hidup dan mati. Dengan sendirinya, ancaman terhadap eksistensi kaum Muslim semakin besar dan kaum Muslim enggan mengorbankan jiwa dan raga untuk menghalau ancaman itu. Akibatnya, Negara Khilafah runtuh, system Islam sirna, dan eksistensi seluruh umat Islam terancam musnah.

Walhasil, kaum Muslim harus memahami perkara utamanya dari sudut pandang Islam sebagaimana ditetapkan oleh al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu, kaum Muslim wajib mengambil standar dalam menghadapi masalah itu sebagaimana yang telah digariskan oleh al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Hanya dengan itulah, akan muncul kesadaran terhadap perkara utama, dan standar yang harus dijadikan ukurannya, sehingga tidak akan muncul sikap tidak peduli.

nantikan lanjutannya.....
(PERKARA UTAMA DALAM ISLAM) 

(sumber: BAGAIMANA MEMBANGUN NEGARA KHILAFAH dari Syabab Hizbut Tahrir Inggris)

Inilah Kabar Gembira Rasulullah saw Bagi Orang-Orang Mukmin!

Telah datang masa kenabian di tengah-tengah kalian-sesuai kehendak Allah-, kemudian masa kenabian itu akan diangkat oleh Allah hingga masa itupun berlalu. Kemudian akan datang masa kekhilafahan yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian, yang akan tetap ada selama Allah berkehendak, lalu masa itupun berlalu. Kemudian akan datang masa mulkan adlan (kekuasaan yang represif), yang akan tetap ada selama Allah menghendaki, lalu masa itupun berlalu. Kemudian akan datang masa mulkan jabariyyan (penguasa diktator yang bengis sebagaimana para penguasa muslim yang ada saat ini) selama Allah menghendaki, lalu masa itupun berlalu atas kehendak Allah. Kemudian akan datang masa kekhilafahan yang berjalan sesuai dengan manhaj nabi.” 

(HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi)

Rabu, 15 Desember 2010

PERASAAN TAKUT UMAR RA.

Kadangkala Umar ra. Memegang sebatang kayu dan berkata, “ Sedangkan aku menjadi batang kayu ini.” Terkadang ia berkata,” Seandainya ibuku tidak melahirkanku.” Suatu ketika, saat ia sibuk dengan pekerjaannya, seseorang mendatanginya dan berkata, “Si Fulan telah menzhalimiku. Engkau hendaknya menuntut balas untukku.” Umar ra. Segera mengambil sebatang cambuk dan memukul orang itu sambil berkata, “Ketika kusediakan waktuku untukmu, kamu tidak datang. Sekarang, aku sedang sibuk dengan urusan lain, kamu datang dan memintaku untuk menuntutkan balas.”  Orang itupun pergi.  Lalu umar ra. menyuruh seseorang untuk memanggil kembali orang tersebut. Setelah datang, Umar ra. memberikan cambuk kepadanya dan berkata. “balaslah aku.” Jawab orang itu, “aku telah memaafkanmu karena Allah.” Umar ra. segera pulang kerumahnya dan mengerjakan shalat dua rakaat. Lalu ia berbicara pada dirinya sendiri. “Hai Umar, dahulu kamu rendah, sekarang Allah meninggikan derajatmu. Dahulu kamu sesat, lalu Allah memberikanmu hidayah. Dahulu kamu hina, lalu Allah memuliakanmu, dan Dia telah menjadikanmu sebagai sebagai raja bagi manusia. Sekarang telah dating seorang laki-laki yang mengadukan nasibnya dan berkata, ”Aku telah di zhalimi, balaskanlah untukku, tetapi kamu telah memukulnya. Kelak pada hari kiamat, apa jawabanmu dihadapan Rabbmu?” Lama sekali Umar menghukumi dirinya sendiri. (Usudul-Ghabah)

Pelayan Umar ra., Aslam ra., berkata, “suatu ketika aku bersama umar pergi ke Harrah (salah satu kota dekat Madinah). Lalu terlihat api diatas gunung. Umar berkata, “Itu mungkin kafilah yang kemalaman yang tidak sampai ke kota, mereka terpaksa menunggu di luar kota. Marilah kita lihat keadaan mereka, bagaimana penjagaan malamnya!” setibanya disana, tampak seorang wanita dengan beberapa anak kecil menangis disekililingnya. Wanita itu sedang merebus air dalam kuali diatas tungku yang menyala. Umar ra. memberi salam kepada wanita tersebut dan meminta izin untuk mendekat. Ia bertanya, “ Mengapa anak-anak ini menangis?” jawab wanita itu, “Mereka Mereka kelaparan.” Umar ra. bertanya, “Apa yang sedang engkau masak dalam panci itu?” jawabnya, “panci ini berisi air, hanya untuk menghibur anak-anak agar mereka senang dengan menyangka aku sedang memasak makanan untuk mereka, sehingga mereka tertidur. Semoga Allah menghukum Amirul Mukminin umar yang tak mau tahu kesusahanku ini.” Umar ra. Menangis dan berkata, “Semoga Allah merahmatimu, tetapi bagaimana mungkin Umar mengetahui keadaanmu?” jawabnya, “Dia pemimpin kami, tetapi tidak memperhatikan keadaan kami.”

Aslam ra. Melanjutkan ceritanya, “Lalu umar ra. mengajakku kembali ke Madinah. Ia pun mengeluarkan sekarung gandum, kurma, minya lemak, dan beberapa helai pakaian, juga beberapa dirham di Baitul Mal. Setelah karung penuh, ia berkata kepadaku, “wahai Aslam, letakkan karung ini di pundakku.” Aku menjawab, “Biarkan aku yang membawanya, ya Amirul Mukminin.” Sahut Umar ra., “Tidak, letakkan saja dipundakku.” Dua tiga kali aku menawarkan diri dengan sedikit memaksa, ia berkata, “Apakah kamu akan memikul dosa-dosaku pada hari kiamat? Tidak, aku sendiri yang akan memikulnya, dan aku yang bertanggungjawab terhadap hal ini.” Aku pun terpaksa meletakkan karung itu di bahunya. Lalu ia bawa karung itu ke kemah tadi dan aku ikut bersamanya. Setibanya disana, ia langsung memasukkan tepung dan sedikit lemak, ditambah kurma lalu diaduk, dan ia sendiri yang menyalakan tungkunya.”

Aslam bercerita, “Kulihat asap mengenai janggutnya yang lebat, ia memasak sampai matang. Lalu, ia sendiri yang menghidangkan makanan itu dengan tangannya yang penuh berkah kepada keluarga itu. Selesai makan, anak-anak itu bermain dengan riangnya. Wanita itu pun sangat senang, ia berkata, “Semoga Allah memberimu balasan yang baik, seharusnya engkau lebih berhak menjadi khalifah daripada umar.” Kemudian Umar ra. Meletakkan kedua tangannya dibawah dan duduk diatas tanah. Beberapa saat kemudian ia meninggalkan mereka. Umar ra. Berkata kepada Aslam ra., “Aku tadi duduk disitu karena aku telah melihat mereka menangis, dan hatiku ingin duduk sebentar menyaksikan mereka tertawa.” (Asyharu Masyahir)

Dalam shalat-shalat shubuhnya, Umar ra. Selalu membaca surat-surat Al-Qur’an yang panjang. Kadangkala ia membaca surat Al-Kahfi, Thaha, dan surat lainnya sambil menangis terisak-isak, sehingga suara tangisnya terdengar hingga beberapa shaf ke belakang. Suatu ketika, Umar ra. Membaca surat Yusuf dalam shubuhnya. Ketika sampai di ayat:

“Ya’qub menjawab, “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukkan kesusahan dan kesedihanku.” (QS. Yusuf: 86). Ia menangis terisak-isak sampai tidak terdengar suaranya. Terkadang ia terus membaca Al-Qur’an sambil menangis di dalam tahajjudnya hingga terjatuh dan sakit.
Subhanallah, inilah keteladanan rasa takut seseorang kepada Allah Ta’ala, yang namanya sangat ditakuti oleh raja-raja. Setelah lebih dari 1300 tahun berlalu, adakah hari ini seorang raja, pejabat, atau pemimpin biasa yang memiliki tanggungjawab dan kasih sayangnya terhadap rakyatnya sedemikian rupa seperti Umar ra.?

Rabu, 08 Desember 2010

MyCHAPTER


Ini baru dasar masa depan. Aku hanya bisa berpositif thinking saat itu ketika gagal masuk dalam jurusan yang kuidam-idamkan selama bertahun-tahun, menjadi seorang dokter hewan yang hebat. No, it’s true!. Yang kurasakan saat itu, apakah aku harus berduka ataukah bersuka cita?. Paling tidak, kupikir, masalahnya adalah bukannya aku tidak mampu, tapi inilah yang terbaik dari Allah swt untukku. Dunia itu berputar. Aku hanya harus melanjutkan hidupku. Mencari yang benar itu benar, dan yang salah itu salah. Karena Hidup punya tujuan. Ibadah. “I’ve get little faith in me..”. Aku tidak ingin masa kekosongan melanda hidupku.

Urutan ke dua adalah menekuni sesuatu yang kurasa nyaman. Bahasa. Ya, pilihanku adalah jurusan bahasa Inggris. Akhirnya aku pun bebas test ke jurusan itu di universitas lokal di kotaku. Awalnya ku tak pernah menyangka akan menjadi seorang guru. Sempat membuatku bingung dan merasa kecil. Tapi, setelah mengetahui posisi guru dalam sejarah dan Islam, belum lagi aku melihat materi-materi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia yang disusupi oleh pemikiran-pemikiran barat yang busuk, aku dengan tegas dan bangga mengatakan dalam hatiku, “I have to be a great teacher ever!!”

Setelah lulus kuliah S1, ayah menyuruhku untuk melanjutkan keahlian itu ke jenjang S2. Aku tak heran mengapa ayah sangat ingin melihatku sekolah yang tinggi. Membunuh semua rasa pesimis tentang hal-hal yang bisa merangkul kegagalan. Tak lain karena ia pun berasal dari keluarga pelajar. Gemar belajar dan berjuang keras untuk pendidikan. Lain dengan ibu yang berani. Karena ia berasal dari keluarga pedagang. Selalu punya ide dan ahli dalam berstrategi. Ia lebih berambisi menjadikan anak-anaknya menjadi manusia berakhlak baik demi kehidupan selanjutnya. Baginya, jihad sebagai istri dirumah lebih mulia daripada mempertahankan eksistensi diri diluar rumah yang beresiko terhadap unsure kebahagiaan keluarga. Kalaupun bekerja, hal itu bukanlah sesuatu yang harus di utamakan. “Karena kita adalah perempuan, dan agama Islam mengatur itu, jangan jauh. Kau hanya ingin membantu suamimu bukan? Menjadi guru dan pedagang tidak akan banyak menyita waktumu pada sesuatu yang dapat melalaikan jihadmu” katanya. Dimataku, ibu berhasil dengan ambisinya itu. Seorang teman pernah menasehatiku “keuntungan saat berproses dalam mencari nafkah adalah dengan menjaga nilai-nilai perilaku kita. Uang bukanlah hal yang harus selalu dipikirkan, karena Allah Mahatahu kebutuhan kita, kita tidak akan terangkat oleh keuntungan yang kita dapatkan, tetapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani. Keep istiqomah!”. Impian itu adalah apa-apa yang dibenarkan dalam Islam.

Kodenya adalah “F.O.K.U.S”, fokus. Ada lusinan keinginan , tapi yang bisa menarik itu semua menjadi keberhasilan adalah fokus. Halaman harus terus dibuka. Bergerak melihat kegagalan menjadi sesuatu yang mencerahkan untuk kedepannya. Sampai pada episode akhir bahwa kau hebat dalam memainkan kartu. Dan patung tidak bisa bermain kartu. Dan dakwah Islam perlu pengorbanan yang tidak biasa tetapi luar biasa. Bagaimana bisa bertempur kalau tidak punya senjata dan keahlian dalam bertempur. Al Qur’an dan al Hadits adalah panduan, layaknya peta. Kau harus mempelajarinya untuk menemukan harta karun, karena kalau tidak sesuai petunjuk, akan keliru bahkan tersesat. Dan Islam adalah ideologi dengan peta yang paling terstruktur. Ia unggul dan sempurna. Dan lahan yang kering akan subur ketika ada yang mau mengolahnya dengan cara yang benar. Rasulullah tidak mengajarkan kemungkaran.

Jumat, 26 November 2010

Suatu saat Kau cabut nyawa hamba dari raga ini



Betapa mulianya mereka yang gugur di jalan Allah hingga mencapai derajat SYAHID
Para syuhada, hakekatnya mereka tidak mati
Mereka hidup di sisi Allah
Pun tetap mendapatkan rejeki…

Wahai Dzat pencipta tujuh langit dan bumi…
hamba hanyalah manusia yang kecil lagi terbatas
Tak ada alasan hamba untuk sombong di hadapanmu Yaa Allah..
Suatu saat Kau cabut nyawa hamba dari raga ini
Maka, tetapkanlah hamba sebagai mujahidah dengan cap syuhada

Wahai Dzat yang Maha Hidup…
sekiranya hamba khilaf selama mengemban dakwah ini
Satu yang hamba minta dengan sangat untuk dikukuhkan
Jangan jauhkan hamba dari perjuangan ini Yaa Allah…
Jangan butakan pikiran hamba dari mengingatMu…

Wahai Tuhan kami..
Tegurlah hamba dikala hamba lupa akan arti pengorbanan
Tegurlah hamba ketika diwarnai dengan nafsu duniawi dan menunda-nunda kebaikan
Tegurlah hamba ketika keluar rumah, tetapi tidak berniat untuk berjihad dan berjuang di JalanMu

Yaa Allah, aku menyerahkan jiwaku kepadamu
Kuatkan hamba dengan segala cobaan dan ujian pilihan
Jadikan hamba layaknya generasi cemerlang lalu
Tegar ketika panas menyengat, bertahan dengan persediaan logistik yang menipis, kendaraan seadanya
Namun tetap menyumbangkan harta benda yang dicintai guna berjuang di medan tempur

Yaa Allah, Tetapkanlah hamba menjadi seorang yang kuat, sekuat Rasulullah yang bersabda:
“Yaa Allah, demiMu aku berusaha, kepadaMu kami meminta pertolongan dan hanya untuk-Mu kami berperang”
Sekuat Bilal ra., para keluarga Amar ibn Yasir, yang memilih ikhlas berjuang dijalan Allah meski mendapat penyiksaan oleh para kafir dari pada dipaksa masuk neraka
Sekuat para pejuang Islam sebelum kami, yang rela berkorban dengan harta dan nyawa mereka

Yaa Allah, Jangan jauhkan hamba dari jamaah ini, hamba mohon…
Juga jangan jadikan hamba menjadi sosok yang berdiam diri
Lindungi orang tua kami, guru-guru kami, dan saudara-saudari kami
Persatukanlah kami dalam satu perjuangan di jalanMu..

Yaa Allah, air mata ini….
Air mata ini beribadah kepadamu
Digunakan hanya untuk merasakan kerinduanku PadaMu
Kerinduan bersanding dengan para pejuang yang ikhlas di jalan Allah, dalam surgaMu

Allah… Allah… Allah.. Allah… Allah…
Dekatkanlah hamba dengan orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri padaMu
Yang menundukkan diri pada kekuasaanMu
Yang Ridha terhadap aturanMu

Yaa Allah…. AKU RINDU KHILAFAH
Aku rindu peradaban cemerlang itu
Jangan lupakan hamba dari pertanyaan, “ sudah benar-benarkah hamba seorang pejuang Khilafah ataukah hanya bertengger di jamaah ini?”
Hingga perjuangan ini harus berhenti diujung nafas, cukuplah Allah bagiku

Hasbiyallahu laailahaillahuwa’alaihi tawakkaltu wahuwarabbul’arsyil’azhim

Amin, amin yaa Rabbal alamin

Senin, 22 November 2010

Harun Al Rasyid-Amir Para Khalifah Abbasiyah

Harun Ar-Rasyid, Amir Para Khalifah Abbasiyah

Ragam & Muhibah - Khazanah Islam


Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran.

Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya. Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-8 M.

Amir para khalifah Abbasiyah itu bernama Harun Ar-Rasyid. Dia adalah raja agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M - 814 M) di Eropa. Pada masa kekuasaannya, Baghdad - ibu kota Abbasiyah - menjelma menjadi metropolitan dunia. Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.

Figur Harun Ar-Rasyid yang legendaris ini terlahir pada 17 Maret 763 M di Rayy, Teheran, Iran. Dia adalah putera dari Khalifah Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Mansur - khalifah Abbasiyah ketiga. Ibunya bernama Khaizuran seorang wanita sahaya dari Yaman yang dimerdekakan dan dinikahi Al-Mahdi. Sang ibu sangat berpengaruh dan berperan besar dalam kepemimpinan Al-Mahdi dan Harun Ar-Rasyid.

Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pe - merintahan di lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid memang dikenal sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam berbicara.

Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer untuk menaklukk Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya pada 779 M - 780 M.

Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.

Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi. Pada 14 Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima.

Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M - 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun Al-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke peuncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan seniman.

Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu keistana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya.

Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima.

Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana. Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa pemerintahannya.

Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harus Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar- Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).

Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya.

Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berprawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.

Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M).

Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa. Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan perabadan.

Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah - perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan.

Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.

Pemimpin yang Prorakyat

Di era modern ini begitu sulit menemukan pemimpin yang benar-benar mencintai dan berpihak kepada rakyatnya. Sosok pemimpin yang mencintai rakyat pastilah akan dicintai dan dikagumi rakyatnya. Salah seorang pemimpin Muslim yang terbilang langka itu hadir di abad ke-8 M. Pemimpin yang pro rakyat itu bernama Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Sang khalifah benar-benar memperhatikan dan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dan negara, Harun Ar-Rasyid berupaya dengan keras memajukan perekonomian serta perdagangan. Per ta - nian juga berkembang dengan begitu pesat, lantaran khalifah begitu mena ruh perhatian yang besar dengan membangun saluran irigasi.

Langkah pemerintahan Harun Ar-Rasyid yang serius ingin menyejahterakan rakyatnya itu mendapat dukungan rakyatnya. Kemajuan dalam sektor perekonomian, perdagangan dan pertanian itu membuat Baghdad menjadi pusat per da - gangan terbesar dan teramai di dunia saat itu.

Dengan kepastian hukum serta keamanan yang terjamin, berbondong-bondong para saudagar dari berbagai penjuru dunia bertransaksi melakukan pertukaan barang dan uang di Baghdad. Negara pun memperoleh pemasukan yang begitu besar dari perekonomian dan perdagangan itu serta tentunya dari pungutan pajak.

Pemasukan kas negara yang begitu besar itu tak dikorup sang khalifah. Harun Ar-Rasyid menggunakan dana itu untuk pembangunan dan menyejahterakan rakyatnya. Kota Baghdad pun dibangun dengan indah dan megah. Gedunggedung tinggi berdiri, sarana peribadatan tersebar, sarana pendidikan pun menjamur, dan fasilitas kesehatan gratis pun diberikan dengan pelayanan yang prima.

Sarana umum lainnya seperti kamar mandi umum, taman, jalan serta pasar juga dibangun dengan kualitas yang sangat baik. Khalifah pun membiayai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penerjemahan dan serta penelitian. Negara menempatkan para ulama dan ilmuwan di posisi yang tinggi dan mulia. Mereka dihargai dengan memperoleh gaji yang sangat ting gi.

Setiap tulisan dan penemuan yang dihasilkan ulama dan ilmuwan dibayar mahal oleh negara. Sangat pantas bila keluarga khalifah dan pejabat negara lainnya hidup dalam segala kemewahan pada zamannya. Sebab, kehidupan rakyatnya juga berada dalam kemakmuran dan kesejahteraan.

Tak seperti pemimpin kebanyakan yang hidup dengan kemewahan di atas penderitaan rakyatnya. Sampai kapan pun, sosok Harun Ar-Rasyid layak ditiru dan dijadikan panutan para pemim - pin dan calon pemimpin yang ingin mencitai dan berpihak pada rakyatnya.

JEJAK HIDUP SANG KHALIFAH AGUNG
Tahun 763 M : Pada 17 Maret, Harun terlahir di Rayy.
Tahun 780 M : Memimpin pasukan militer melawan Bizantium.
Tahun 782 M: Kembali memim pin pa - suk an melawan Bizantium hingga ke Bos porus.
Tahun 786 M: 14 September saudaranya Al-Hadi - khalifah keempat meninggal dunia.
Tahun 791 M: Harun kembali berperang melawan Bizantium.
Tahun 795 M: Harun meredam pembenrontakan Syiah dan memenjarakan Musa Al-Kazim.
Tahun 796 M: Harun memindahkan istana dan pusat pemerintahan dari Baghdad ke Ar-Raqqah.
Tahun 800 M: Harun mengangkat Ibrahim ibnu Al-Aghlab sebagai gubernur Tunisia.
Tahun 802 M: Harun menghadiahkan dua gajah albino ke Charlemagne sebagai hadiah diplomatik.
Tahun 803 M: Yahya bin Khalid (perdana menteri yang dipecat karena korupsi meninggal dunia.
Tahun 807 M: Kekuatan Harun mengusai Siprus.
Tahun 809 M: Harun meninggal dunia ketika melakukan perjalanan di bagian timur wilayah kekuasaannya.

Selasa, 16 November 2010

Segala Puji hanya milik Allah swt

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-‘Alaq: 1-5)


Subhanallah. Islam adalah suatu kenikmatan besar yang patut kita syukuri. Kehadirannya terbukti membawa perubahan dari kehidupan bebas tanpa aturan atau masa kebodohan aliasa Jahiliyyah ke kehidupan yang penuh berkah, beradab, bahkan terbukti dalam sejarah selama berabad-abad pencapaian kegemilangannya.

Islam adalah agama yang mempunyai ajaran luar biasa. Islam itu sempurna, dinamis, dan mempunyai doktrin yang kokoh. Sebagai sebuah pandangan hidup, ajarannya yang komprehensif  dan universal semakin membedakannya dengan ajaran agama lain. Islam mengatur semua aspek, mulai dari kehidupan spiritual hingga politik luar negeri. Dari kehidupan pribadi hingga ideology sekalipun.

Islam juga menuntut dan menantang akal umat manusia untuk berpikir secara mendalam tentang alam semesta, kehidupan, dan manusia. Apa hubungan ketiga unsur tsb dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Melalui fenomena yang ada di sekeliling kita, manusia dituntut dan ditantang untuk berpikir, mencari tahu, serta merenung. Kemudian dari proses berpikir akankah menerima kebenaran ataukah kekeliruan.

Akal, potensi yang dimiliki oleh manusia. Hakekatnya dalam Islam, akal adalah proses berpikir yang digunakan untuk menerima kebenaran tentang keberadaan Ilahi. Adanya keteraturan di alam semesta  membuat manusia bertanya, siapa yang menciptakan aturan atau hukum tsb.  Hukumkah yang menciptakan Alam Semesta, atau sebaliknya?

Jawaban dari pertanyaan diatas adalah mustahil jika kedua unsur tersebut dengan keteraturannya terjadi begitu saja, tanpa ada sesuatu yang luar biasa yang mengaturnya. Alam semesta tergantung dari hukum yang mengaturnya, sedangkan hukum adalah suatu fungsi dari materi itu sendiri. Maka, pasti ada sesuatu yang berdiri sendiri, tidak tergantung pada kedua hal tersebut, dan menjadi pihak yang mencipktakan keduanya.

Dialah Sang Maha Pencipta. Tiada Tuhan selain Dia

Dan…

Sang Khaliq itu adalah Allah swt.

Sabtu, 02 Oktober 2010

My Thesis Acknowledgement

With the blessing of Allah SWT this thesis has been finished arranging in order to get the title of Sarjana Degree at the Educational faculty of Haluoleo University.

The grateful thanks I address to my beloved consultants Drs. Amri Tanduklangi, M.lis as my first consultant and Dra. Lelly Suhartini, M.Hum as my second consultant who have given me the best things; guidance, valuable advice, motivation, and correction during finishing my thesis.

The heart fully thanks also I address for:

1. Prof. Dr. Ir Usman Rianse, M.S. as the Rector of Haluoleo University.
2. Drs. H. Barlian, M.Pd as the Dean of Education of Haluoleo University.
3. Drs. La Yani Konisi, M.Hum as the Head of Language and Arts Department of
Teacher Training and Education Faculty of Haluoleo University.
4. Dra. Lelly Suhartini, M.Hum as the Secretary of Language and Arts Department
Teacher Training and Education Faculty of Haluoleo University.
5. La Aso, S.Pd, M.Hum as the Head of English Study Program
6. All of my lecturers in English Department. Thanks for any wonderful
knowledge you’ve transferred.
7. Ibu Ati as the staff of English Study Program, thank you so much for your
kindness.

My grateful thanks also I address for my beloved Mom and Dad, H. Laode Syaefuddin, SE., M,sc. And Hj. Hasriany P. who always give me the best support (morale and material) and the everlasting love and pray. My lovely brothers: Qomar Arief Madi, S,P and Qomarullah Madi, A,Md. also My beloved sisters; Riski Amalia Madi, SE., M,Ba. Your love makes me strong.

Jazakallah khairan katsiran for my brothers and sisters in LDK-BKLDM and Muslimah Hizb ut Tahrir Indonesia Unhalu who always given me many inspiration and motivation as long as I do this thesis. Keep spirit and istiqomah in dawwa because Khilafah is Allah swt’s promise, so just stick to it. Besides that, many thanks for Syeikh Taqiuddin an Nabhani, his thought and books give many contribution to my life and for the Moslems ummah, May Allah swt bless you.

Many thanks also address for all brilliant friends in English Department 2004 and my B_Gank (Mba Gida “Ummu Faiz”, Ririn “Green”, Aminah “Eminem”, Diah “Nope”, Ozh “ndut tea”, Risma Uky “Ummu Pixie“, Ceceng “gesit”, Daniel “Xui Ya”, Uchul “Ereke”, Idul “Jadul”), Thanks for everything and good luck for all. Especially to my lovely bestfriend, Aminah Maulidah Nugraha Silawati, S.Pd., thanks for your support, motivation, helps, jokes, advice, and your kindness for almost 19 years, I love you my dear.

The researcher realized that this thesis may need some improvement to be a perfect form. Therefore, the writer will appreciate every suggestion and critic given from the readers.
Kendari


The Writer

Kamis, 30 September 2010

in the mood to Syawal


Tinggal beberapa hari lagi bulan syawal akan berakhir. Moga masih bisa mencukupkannya sekalipun badan lagi tidak fit, tapi tetaplah semangat menjemput keebaikan yang nilainya tinggi… bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian, istrahatnya nanti aj deh ^_^, sebagaimana firman Allah swt:

“Sabar adalah salah satu harta simpanan di antara simpanan-simpanan yang disediakan di surga” (HR. Abi Syaibah)

kesedihan ditinggalkan Ramadhan


Subhanallah… Takbir berkumandang dari segala penjuru masjid, menambah kerinduan akan Ramadhan di tahun depan lagi… hatipun berharap sangat “ semoga masih bisa ‘mencicipi’ Ramadhan berikutnya, berikutnya, dan berikutnya lagi, amin yaa Rabb”.. rasa-rasanya tak ada harapan lebih indah dihari itu selain harapan akan menjadi seseorang yang lebih baik di kemudian hari… demi ummat, demi kejayaan Islam, Khilafah. Moga kebaikan-kebaikan yang di perbuat selama Ramadhan terus meningkat sampai Ramdhan berikutnya… dan begitu seterusnya, Moga Istiqomah hingga tidak sampai dirusak oleh sifat riya’ ataupun pamrih… amin yaa Rabbal alamin….

SMS ketulusan penutup lebaranpun berdatangan… semua menyatakan, pada rindu dengan kehadiran Ramadhan.. hmh sayangnya, Ramadhan mang hanya sebulan dalam setaun… bulan penuh ampunan, bulan penuh keberkahan, bulan yang dinanti-nanti....

Ketika melihat kelangit sewaktu selesai sholat isha sambil bebaring sejenak dengan membuka jendela tuk mengirup udara segar malam kendari, kembang api yang biasanya ngebetein, serasa nikmat ketika itu ..

“cahaya kembang api itu indah, indah sekali.. Subhanallah.. cahayaNya pasti lebih indah.. SurgaNya…. Ah Indah, indah sekali…..”

Lalu perlahan kututup mata dan hati ini pun tenang…. Tenang sekali, kutarik nafas ini dalam-dalam hingga udara memenuhi paru-paruQ, kupanjatkan kerinduanku yang menggebu… “ oh.. surgaMu yaa Allah. yaa Rasulullah, para Nabi, para shahabat, para Syuhada, para Mujahid, dan para bidadari……. insyaAllah”….. hingga ada kata-kata yang seketika timbul dalam benakku “ maukah kau? Maka raihlah, berkorbanlah, dan jangan jadi muslimah yang manja! Karena orang Islam itu dilahirkan untuk menjadi kuat dan siap menhadapi tantangan di segala medan.. tak ada kata menyerah, dan jangan pernah lari dari kewajiban, juga dari masalah. Lemah hanya bagi orang yang kalah… menanglah, menanglah, menanglah!!”

Lalu dengan sekejap ku buka mata dan kutatap langit2 kamarku yang putih… “apakah “seputih” ini??... ataukah penuh noda?” .. Ampunilah aku yaa Allah.. jadikanlah kami sebagai manusia yang senantiasa menyadari ketika bermaksiat kepadaMu agar kami menjadi orang yang senatiasa melindungi diri, sabar, dan bersyukur atas kelebihan maupun kekurangan… Ikhlas serta tabah menjalani jalan dakwah yang seperti menggenggam bara api ini..

“dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar” (an-Nahl: 96)