Ada seorang sahabat pernah mengemukakan isi
hatinya padaku (katakanlah ia “sohib A”).
Ia curhat tentang ketidakpedeannya untuk bertukar pikiran dengan
sahabatku yang lain (“sohib B”). Ketika
kutanya mengapa, iapun berkata padaku kalau ketidakpedean sohib A berawal dari
ekspresi sohib B. Ketika dikatakan
“tidak tahu”, sohib B kerap cemberut. Setahu saya sohib A adalah orang yang
cerdas.
Yak, Menjadi cerdas, tidak berarti
mengetahui segala jawaban. Terkadang, jawaban paling cerdas yang kita dapat katakan
adalah "Saya tidak tahu". Diperlukan rasa percaya diri dan kecerdasan
extra untuk mengakui ketidaktahuan kita. Dan saat kita melakukannya, kita
sedang dalam proses mempelajari jawaban sesungguhnya.
Seringkali, karena alasan kebanggaan dan
mencegah rasa tidak aman, kita mengatakan tahu, padahal kita tidak tahu. Lewat cara
ini, kita telah menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar lebih lanjut.
Percayalah, tidak ada salahnya kita tidak mengetahui suatu hal.
Bagian penting dari kebijaksanaan adalah
mengetahui batas pengetahuan kita. Mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang kita
tidak tahu. Orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang tahu dan mengerti,
bahwa tak semua pertanyaan dapat ia jawab. Orang yang benar-benar cerdas, adalah
orang yang mau bertanya, mau belajar, dan mau bertumbuh.
Gunakan pengetahuan yang kita miliki, dan
miliki pengetahuan yang kita perlukan. Itu adalah jalan terbaik yang dapat kita
tempuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar