Dua bulan setelah pernikahan kami, alhamdulillaah kami segera diberikan rezeki oleh Allaah SWT, telah bersemayam janin dalam rahimku. Sebuah kesyukuran yang tak terhingga ketika memilikinya. Allaah telah menitipkan hadiah besar dan amanah untuk kujaga. Bagiku ini adalah pengalaman pertama. Senangnya minta ampun. Kututup mata sambil ku elus perut ini, “kita akan berjuang bersama, nak”
Masuk bulan ke dua, aku sudah mengalami ngidam. Bulan ke tiga, ngidamnya
bertambah berat. Aku mual-mual dan muntah yang bercampur dengan darah, mungkin
karena keseringan muntah. Nutrisi yang masuk hanya dari sari kurma dan bubur. Makanan kesukaanpun
jadi tak kusenangi. Bingung mau makan apa. Aku tak berselera makan dan berat
badanku pun turun hingga 8 kilo. Hingga usia pertengahan 3 bulan, aku sudah
mulai enakan. Sudah mulai beraktivitas. Memaksanya karena selalu teringat
amanah. Yang sebelumnya aku diurusi ibu, kemudian sudah bisa kembali lagi
kerumah, alhamdulillaah.
Saat kehamilan pertamaku, banyak pengalaman emosional. Selain merasa
ngidam terus selama kehamilan, ada pula kejadian yang sedih dalam hidupku. Diusia
janin 5 bulan, aku harus mendampingi bapak yang sedang sakit. Mengantarnya kerumah
sakit dan melayani segala keperluannya. Hingga diakhir bulan ke 5, bapakpun
harus pergi duluan kembali kepada Sang Pencipta. Dalam kondisi seperti itu,
saya mengalami kesedihan yang mendalam. anak yang mana tak sedih ketika kehilangan orang tuanya.Tetapi aku terus mencoba tetap tegar dan kuat menerima
semua takdir Allaah.
Setelah bapak wafat, kesedihan dan kisah terakhir bersamanya selalu terngiang
dalam ingatan. Yang paling teringat adalah saat dimana aku mengurusinya di
kamar saat sakit keras dan beliau memintaku untuk merapihkan kuku kakinya, menyuapinya, memapahnya ke kamar kecil, dan mengurutnya perlahan. Semua
memoar sedih itu kualami saat sedang mengandung. Sepeninggal beliau, aku merasa pincang. Galau. Tengah
malam terbangun dan menangis karena merindukannya. Hingga, secara tak kusadari aku menjadi orang
yang mudah cemas dan sensitif. Satu hal, saat itu tak ada yang tau mengenai
kondisi psikologisku ini kecuali aku dan Allaah.
Kalau diungkapkan mungkin aku saat itu mengalami gangguan kecemasan. Entahlah,
apakah termasuk syndrome baby blues karena aku tidak punya banyak maklumat
mengenai gangguan tersebut, melainkan apa yang aku rasakan saja. Jadinya aku
hanya menganggapnya hal yang biasa dan ku kembalikan pada pemahaman Islam saja.
Tawakkal illallaah, Allaah pasti memberikan jalan keluar. Itu saja dalam
pikiranku. Lihat apa masalahnya, Islam pasti punya solusi. Saya banyak
beristighfar, berdzikir, berdoa, beraktivitas, berkumpul bersama keluarga dan
teman-teman karena aku senang bergaul, meski tak bisa dipungkiri saat aku sendiri dan saat ingatan itu
harus dipanggil, perasaan sedih itu akan hadir kembali. Jujur, memang butuh
perjuangan besar. Yang kupikirkan, aku adalah pengemban dakwah, seorang pejuang
Khilafah, harus bisa kuat!. saat mengisi pengajian, banyak pembahasan yang mengarah pada masalahku. saat itulah aku kembali kuat dan semakin kuat. recovery.
Anak mungil lucu itupun lahir dengan
proses caesar dan berberat badan 3,3 kg. Alhamdulillaah, dia sehat. Saat ini
dia sudah menginjak usia 5 tahun. Tak terasanya waktu. Dalam perkembangannya
dia tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar, meski memiliki karakter sebagai
anak yang sensitif, hatinya mudah tersentuh, mudah khawatir, dan memiliki
kewaspadaan yang tinggi. Bawaan saat kehamilan dulu. Maka belajar dari
pengalaman inilah di kehamilanku yang kedua, aku berusaha menjaga hati dan
pikiranku.
Begitulah efek dari sebuah pemikiran. Seperti apa yang termaktub dalam
kitan nizhom al Islam karya Syaikh Taqiyuddin an Nabhani bahwa perilaku manusia
itu tergantung pada persepsinya terhadap sesuatu. Baagi seorang ibu hamil,
kekuatan pemikiran ini begitu penting karena ia akan mndidik anaknya sedari
dalam kandungan. Maka tak heran pula Allaah akan memberikan pahala yang sanat
besar bagi sesiapa yang mnyenangkan hati ibu yang sedang hamil. Ternyata perjuangan
seorang ibu itu luar biasa karena ditengah lelah letihnya mengandung dan meski diterjang
oleh cobaan, ianya harus menjaga hati dan pikirannya. Yang terpenting adalah ikhlas
dan sabar pada segala ketentuan Allaah SWT. Di setiap masalah, ingatlah bahwa ada Allaah yang senantiasa menemani. Berkumpullah bersama orang-orang sholih karena komponen penting untuk meraih sebuah kebahagiaan adalah ketika kita saling mengingatkan di Jalan Allaah SWT.
semoga bermanfaat.
#PR1 #1011
#NgajiLiterasi (Inisiasi)
#CatatanCintaUmmi
#NgajiLiterasi (Inisiasi)
#CatatanCintaUmmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar