Pages - Menu

Selasa, 04 September 2018

Ada Allah dibalik Rinainya air mata, kuatlah.





Dua bulan setelah pernikahan kami, alhamdulillaah kami segera diberikan rezeki oleh Allaah SWT, telah bersemayam janin dalam rahimku. Sebuah kesyukuran yang tak terhingga ketika memilikinya. Allaah telah menitipkan hadiah besar dan amanah untuk kujaga.  Bagiku ini adalah pengalaman pertama. Senangnya minta ampun. Kututup mata sambil ku elus perut ini, “kita akan berjuang bersama, nak”

Masuk bulan ke dua, aku sudah mengalami ngidam. Bulan ke tiga, ngidamnya bertambah berat. Aku mual-mual dan muntah yang bercampur dengan darah, mungkin karena keseringan muntah. Nutrisi yang masuk hanya dari sari kurma dan bubur. Makanan kesukaanpun jadi tak kusenangi. Bingung mau makan apa. Aku tak berselera makan dan berat badanku pun turun hingga 8 kilo. Hingga usia pertengahan 3 bulan, aku sudah mulai enakan. Sudah mulai beraktivitas. Memaksanya karena selalu teringat amanah. Yang sebelumnya aku diurusi ibu, kemudian sudah bisa kembali lagi kerumah, alhamdulillaah.

Saat kehamilan pertamaku, banyak pengalaman emosional. Selain merasa ngidam terus selama kehamilan, ada pula kejadian yang sedih dalam hidupku. Diusia janin 5 bulan, aku harus mendampingi bapak yang sedang sakit. Mengantarnya kerumah sakit dan melayani segala keperluannya. Hingga diakhir bulan ke 5, bapakpun harus pergi duluan kembali kepada Sang Pencipta. Dalam kondisi seperti itu, saya mengalami kesedihan yang mendalam. anak yang mana tak sedih ketika kehilangan orang tuanya.Tetapi aku terus mencoba tetap tegar dan kuat menerima semua takdir Allaah.

Setelah bapak wafat, kesedihan dan kisah terakhir bersamanya selalu terngiang dalam ingatan. Yang paling teringat adalah saat dimana aku mengurusinya di kamar saat sakit keras dan beliau memintaku untuk merapihkan kuku kakinya, menyuapinya, memapahnya ke kamar kecil, dan mengurutnya perlahan. Semua memoar sedih itu kualami saat sedang mengandung. Sepeninggal beliau, aku merasa pincang. Galau. Tengah malam terbangun dan menangis karena merindukannya. Hingga, secara tak kusadari aku menjadi orang yang mudah cemas dan sensitif. Satu hal, saat itu tak ada yang tau mengenai kondisi psikologisku ini kecuali aku dan Allaah.

Kalau diungkapkan mungkin aku saat itu mengalami gangguan kecemasan. Entahlah, apakah termasuk syndrome baby blues karena aku tidak punya banyak maklumat mengenai gangguan tersebut, melainkan apa yang aku rasakan saja. Jadinya aku hanya menganggapnya hal yang biasa dan ku kembalikan pada pemahaman Islam saja. Tawakkal illallaah, Allaah pasti memberikan jalan keluar. Itu saja dalam pikiranku. Lihat apa masalahnya, Islam pasti punya solusi. Saya banyak beristighfar, berdzikir, berdoa, beraktivitas, berkumpul bersama keluarga dan teman-teman karena aku senang bergaul, meski tak bisa dipungkiri saat aku sendiri dan saat ingatan itu harus dipanggil, perasaan sedih itu akan hadir kembali. Jujur, memang butuh perjuangan besar. Yang kupikirkan, aku adalah pengemban dakwah, seorang pejuang Khilafah, harus bisa kuat!. saat mengisi pengajian, banyak pembahasan yang mengarah pada masalahku. saat itulah aku kembali kuat dan semakin kuat. recovery.

 Anak mungil lucu itupun lahir dengan proses caesar dan berberat badan 3,3 kg. Alhamdulillaah, dia sehat. Saat ini dia sudah menginjak usia 5 tahun. Tak terasanya waktu. Dalam perkembangannya dia tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar, meski memiliki karakter sebagai anak yang sensitif, hatinya mudah tersentuh, mudah khawatir, dan memiliki kewaspadaan yang tinggi. Bawaan saat kehamilan dulu. Maka belajar dari pengalaman inilah di kehamilanku yang kedua, aku berusaha menjaga hati dan pikiranku.

Begitulah efek dari sebuah pemikiran. Seperti apa yang termaktub dalam kitan nizhom al Islam karya Syaikh Taqiyuddin an Nabhani bahwa perilaku manusia itu tergantung pada persepsinya terhadap sesuatu. Baagi seorang ibu hamil, kekuatan pemikiran ini begitu penting karena ia akan mndidik anaknya sedari dalam kandungan. Maka tak heran pula Allaah akan memberikan pahala yang sanat besar bagi sesiapa yang mnyenangkan hati ibu yang sedang hamil. Ternyata perjuangan seorang ibu itu luar biasa karena ditengah lelah letihnya mengandung dan meski diterjang oleh cobaan, ianya harus menjaga hati dan pikirannya. Yang terpenting adalah ikhlas dan sabar pada segala ketentuan Allaah SWT. Di setiap masalah, ingatlah bahwa ada Allaah yang senantiasa menemani. Berkumpullah bersama orang-orang sholih karena komponen penting untuk meraih sebuah kebahagiaan adalah ketika kita saling mengingatkan di Jalan Allaah SWT. 

semoga bermanfaat.


#PR1 #1011
#NgajiLiterasi (Inisiasi)
#CatatanCintaUmmi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terkait

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers