Pages - Menu

Senin, 07 Februari 2011

KHAYALAN DEMOKRASI


Krisis fundamental yang terjadi saat ini ternyata membelajarkan ummat secara global bahwa ungkapan keberhasilan penerapan sistem demokrasi tak seindah kenyataannya. Janji-janji manis para penguasa justru berbanding terbalik dengan realita yang secara terang-terangan memperlihatkan makin terpuruknya nasib rakyat. Slogan-slogan optimis dalam membangun demokrasi pun sungguh jauh panggang dari api. Ungkapan “Memperjuangkan rakyat” sungguhlah sugesti-sugesti kosong. Kepentingan kapitalis lebihlah dominan daripada kepentingan rakyat. Demokrasi justru melahirkan para mafia hukum yang terus saja merajalela. sementara rakyat terus saja meminta keadilan, Hak mereka justru masuk dalam kantung para penguasa yang katanya bekerja melayani rakyat tersebut,. Penegakkan hukumpun hanya ada dibibir saja, nyatanya sangat terlihat jelas tebang pilihnya.

Sebut saja kasus 6,7 milyar Gayus yang sampai sekarang belum ada ujungnya lantaran disebut-sebut menyeret beberapa nama petinggi kepolisian dan penguasa. Dan masih banyak kasus serupa lainnya terjadi. Kenyataan parah lainnya juga muncul dari ketergantungan ekonomi negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia, terhadap lembaga Internasional yang berasal dari negara barat, seperti IMF dan World Bank. Memang bantuan ini dapat membantu pembangunan nasional dalam jangka pendek, tapi malah mengeruk hak rakyat untuk jangka panjang. Fasilitas-fasilitas dasar yang seharusnya layak dinikmati rakyat, tidak dapat terpenuhi dengan baik lantaran syarat yang diajukan oleh lembaga-lembaga tersebut memang mengharuskan terjadinya hal demikian. Walhasil, hal ini berakibat pada kemunduran ummat di segala lini kehidupan, seperti kebodohan, kemiskinan, kriminalitas, krisis moral, kesehatan tak terjamin, dan lain sebagainya.

Pemerintah tak mampu lagi menutup-nutupi permainannya. Rakyat sudah capek dan jengah merasakan kesewenang-wenangan kaum kapitalis. Kalau memang pemerintah itu peduli terhadap nasib rakyat, mengapa terus membela dan mempertahankan sistem demokrasi yang hanya melahirkan kebobrokan demi kebobrokan ini. Nah, masihkah kita percaya kalau demokrasi itu baik? Layakkah dipertahankan?.

Kita banyak belajar melalui tragedi Tunisia Januari tahun ini yang kemudian disusul oleh Mesir. Warga tak mampu lagi membendung kekecewaannya pada rezim dan sistem demokrasi, hingga merekapun berani menggelar aksi turun ke jalan melawan pemerintah dzalim untuk menuntut perubahan sistem secara total. Korban tewas dan luka-lukapun tak terelakkan. Nah, kejadian yang serupa bisa saja melanda negeri-negeri lainnya, karena fakta yang terjadipun tak jauh berbeda. Oleh karena itu, negeri-negeri barat, terutama USA, terus saja medesak para pemerintahan timur tengah tersebut agar mengatasi para pengunjuk rasa, karena mereka tahu benar kondisi ini sangat berhubungan dengan eksistensi ideologi mereka. Hal ini bisa menjadi inspirasi bagi yang lainnya, terutama akan terciptanya persatuan ummat Islam yang pastinya akan mampu menumbangkan kapitalisme.

Sebenarnya, pemaparan mimpi-mimpi dalam demokrasi sudah sangat terlambat dan hanyalah omong kosong belaka. Ummat telah banyak menyadari, “sampai kapan kita terus dijajah dan melihat kekufuran ini?”. Oleh karena itu, harus disadari betul bahwa keburukan-keburukan inilah yang menjadi konsekuensi logis penerapan demokrasi kapitalisme yang berasaskan sekularisme. Kedaulatan di tangan rakyat yang bersumber dari akal manusia justru hanya akan mendatangkan kesengsaraan ummat, dunia dan akhirat. Makanya kehandalan demokrasi tidak pernah terbukti di sepanjang sejarah. Inilah yang sudah jelas diperingatkan oleh Allah swt lewat firmanNya: “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah [5] : 50). Maka, sikap yang yang dibutuhkan bukanlah dengan mereformasi sistem demokrasi, melainkan merevolusinya dengan mengganti sistem buatan manusia tersebut, mencabut hingga ke akar-akarnya, membuang, dan membumi hanguskannya kemudian kembali menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dalam naungan daulah Khilafah Islamiyah. Inilah sistem pemerintahan yang akan melindungi kehidupan, harta, dan kehormatan ummat Islam. Inilah metode baku dalam menjaga aqidah umat Islam dan membebaskan manusia dari kekufuran.

Lantas siapakah yang akan mengembalikannya? kitalah yang harus memperjuangkan tegaknya Khilafah sebagai konsekuensi ketundukkan kita pada kalimat tauhid karena, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka" (Ar-Ra'd 11). Ummat Islam harus bersatu menumbangkan rezim dan sistem kufur ini dengan mendesak pemerintah agar ganti rezim, ganti sistem. Sudah saatnya khilafah memimpin dunia. Ini merupakan janji Allah swt. Dan sungguh, janji itu makin dekat saja. Bersiaplah tuk menyambut kedatangannya. Allahuakbar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terkait

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers