Kata-kata yang membangunkanku dari kesibukan berkelana
Hari ini aku sampai dari pulau tak bersignal, Taliabo. Kepulauan yang cukup besar di daerah antara Maluku dan luwuk. Keindahan panoramanya tak seindah kehidupan penduduknya walaupun dengan potensi kekayaan sumber daya alam yang begitu melimpah ruah. Cengkeh, lada, pala, coklat, dll. Belum lagi hasil tambang seperti biji besi, emas, dsb. Sama seperti daerah kaya lainnya dengan tak tergapainya kesejahteraan di dalamnya juga konflik dimana-mana. Ketika kebutuhan ekonomi menjerit, maka ketidakstabilanpun terjadi. Semuanya karena situasi politik yang memang tak menjamin ekonomi tumbuh dengan stabil. Politiknya saja dikuasai oleh hamba-hamba yang serakah dan tak pernah puas menjajah, tak peduli halal haram, sikat saja. Karakter ini merambah ketubuh kaum muslimin yang tergiur pada fatamorgana dunia yang sementara.
Well, ketika tiba di Sanana setelah menempuh lama perjalanan kurang lebih 15 jam. Aku bertanya perihal safar kepada beberapa teman-teman. Karena aku berencana melanjutkan perjalanan ke kota Ternate, yah sambung kapal gitu deh. Ternyata keyakinanku searah dengan teman-teman. Aku tak bisa melanjutkan perjalanan. Jadi kuputuskan saja untuk singgah dahulu ke kos-kosan kakakQ dan melanjutkan perjalananku esok sore.
Diantara banyaknya pernyataan teman-teman atau lebih tepatnya sahabat-sahabat. Aku berasa di “bangun”kan oleh kata-kata k’ Che:
“ini Che. Itu kamu sudah harus disertai mahrom”
Hehehe.. entahlah, sepertinya ku sangat hapal dengan irama retorika penuh sindiran dari kakakku satu ini. Teringat lagi dengan sindirannya waktu itu dengan nada konyol namun menyentakku diumurku yang ke 24 saat itu:
“kapanka ko melahirkan?” hahah.. lucu dan guriting.
Kuhela napas panjang lalu tersenyum dan termenung sejenak. Diumurku yang seperempat abad ini, biji-biji sempoanya sudah terkumpul banyak rupanya. Aku tahu aku sudah sangat harus menaiki “bahtera” itu. Tapi entah dengan siapa. Pun aku juga tak tahu apakah pelabuhan itu sudah dekat ataukah belum. Yang penting tetap berusaha mempersiapkan perjalanan panjang itu. Logistic dan skill haruslah mantap, juga yang lainnya. Riak gelombang akan bervariasi nantinya, besar kecil. Memilih menjadi keluarga “rumput” ataukah keluarga “pohon” yang tinggi dan kokoh akarnya. Makin tinggi keinginan, makin tinggi pengorbanan dan tempaan ujiannya
Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a’yuniwwaj’alnaa lil muttaqiina imaamaa
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri/suami kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”
(Alfurqan: 74)
Aku tak tahu kapan akan bertemu dengannya. Mungkinkah dalam hitungan hari? Ataukah dalam hitungan beberapa waktu ke depan? Yang jelas ialah sang matahari pemegang kata-kata. Ialah kapten safinatunnajahku. Maka siapapun, ia adalah seseorang yang memberiku tiket ke surga, bersama keluarga memperjuangkan risalah-Nya yang suci nan sempurna. Allah akan memberiku di waktu yang tepat, amin.
Fashbir.... shabrun jamiil..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar